Postingan

Sebuah Seni Menikmati Kesibukan

Gambar
Pekan kedua bulan Oktober ini, saya cukup babak belur dengan beragam kesibukan yang tiba-tiba mengemuka bersamaan sekaligus. Di kampus, ada UTS dan beberapa tugas pelajaran. Di FIM, ada pra-tugas Pelatnas 22 dan pendaftaran campaign komunitas. Di FoSSEI, ada kepanitiaan kegiatan FLF (FoSSEI Leadership Forum). Di KSEI AkSES Lipia, ada persiapan acara DEI dan beberapa proker besar lainnya. Dan di tengah seluruh kesibukan tersebut, masih ada juga saya yang lagi-lagi terlanjur mengiyakan untuk mengikuti salah satu lomba olimpiade online Ekonomi Islam di Surabaya.  Haha, memang melelahkan dan memang lumayan luar biasa tenaga yang kita perlukan untuk menghadapi seluruh agenda tersebut. Karena ibarat berjalan di atas titian tali, kita harus super hati-hati dalam mengatur manajeman waktu agar tidak mengacaukan jadwal kesibukan lainnya. Satu tugas molor, ya tentu jelas merembet kepada molornya agenda-agenda lainnya. Pertanyaannya, apakah saya merasa stress menghadapi itu semua? Oh, sudah barang

TRIBUTE : Mr. Apip

Gambar
Dear Apip,  Ketika kamu membaca tulisan ini, boleh jadi saya sedang asyik mengerjakan tugas, membaca bacaan, berdiskusi dengan orang lain, atu bahkan tertidur nyenyak di atas kasur kediaman. Tapi meskipun begitu, izinkan saya untuk turut menyoraki dan melepas masa bujang Anda dengan sepenuh gegap gempita. Bersama setangkup hangat cerita dari Ibukota, saya titipkan salam maaf beserta doa tahniah kepada Anda dan keluarga di rumah. Tentang saya dan Apip, ada rentang 12 tahun yang menjadi sumber dari segala ihwal keseruan-keseruan kami. Itu saja sudah bisa membuat saya tersenyum bangga. 12 tahun! Itu bahkan hampir mendekati setengah dari usia hidup kami hari ini, haha! Dari SMP hingga SMA, kemudian dari Malang-Jogja-Jakarta dan Malaysia, ada berapa banyak peristiwa yang telah kita lalui bersama, boi? Masih ingat ketika kita serombongan 'mlipir' wisata ke Malang sebelum dikirim pelatihan ke Pare? Atau hari-hari terakhir di Pare yang justru Anda habiskan untuk menamatkan game online

Pemuda itu Bernama Ibrahim ‘Alaihissalam

Gambar
Namanya Ibrahim ‘Alaihissalam, salah satu potret pemuda yang kepiawaiannya diabadikan oleh Allah dalam Al Qur’an. Kisah kepemudaan beliau ‘Alaihissalam, disebutkan Al Qur'an dalam sebingkai cerita perlawanan terhadap kebodohan kaumnya yang menyembah sesembahan berhala serta patung tak bernyawa. Perihal itu, sila kita seksamai bersama dalam serangkaian ayat 51 hingga 72 dari Surat Al Anbiya, dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menyematkan secara khusus gelar “pemuda” kepada beliau ‘Alahissalam pada firman-Nya ayat ke 60 yang berbunyi, قَالُوا۟ سَمِعۡنَا فَتࣰى یَذۡكُرُهُمۡ یُقَالُ لَهُۥۤ إِبۡرَ ٰ⁠هِیمُ Artinya : “Mereka (kaumnya) berkata, ‘Kami mendengar ada seorang PEMUDA (فتى) yang mencela (berhala-berhala ini), namanya Ibrahim.” Ini menarik. Karena bila Al Qur’an telah menuliskan suatu kisah, maka niscaya selalu berujung pada dua hal kemungkinan : sebaik-baik cerminan atau seburuk-seburuk permisalan. Dan beliau – Ibrahim ‘Alaihissalam-, sudah barang tentu merupakan bagian dari golong

CHIEF's NOTE : Memberi dan Mencuri

Gambar
Semenjak meninggalkan tanah rantau Maninjau, saya punya prinsip, bahwa dimanapun kita nanti berada, kita harus selalu bisa "memberi" dan "mencuri". "Memberi", dalam arti keberadaan kita mampu meninggalkan sumbangsih kebaikan, menitipkan karya kebermanfaatan, serta menghadirkan beragam makna positif bagi mereka yang di sekitar. Lalu "mencuri", dalam arti dimanapun nanti kita berada, kita harus lihai berpandai diri mengambil jejak-jejak pengalaman dari orang lain, belajar dari kisah kehidupan mereka mereka guna mengimbuhi khazanah keilmuan seorang kita pribadi. Di FIM Jakarta sendiri, dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun, saya tahu bahwa saya tak akan mampu "memberi" sebanyak yang saya angankan. Namun karena itulah, saya justru menyadari, bahwa saya tak boleh sampai melewatkan kesempatan ini untuk "mencuri" sebanyak-banyaknya. Aji mumpung selagi bernaung di FIM, selagi bertemu orang-orang hebat nan luar biasa, ya sekalian-kan s

Pantang Nanggung, Sebelum Turun Panggung

Gambar
Tentang ikhtiar, saya punya cerita yang menarik. Syahdan, di salah satu kegiatan internal FIM Jakarta, saya didapuk menjadi penyiar acara pada malam tersebut. Tajuk pembahasan yang diangkat ketika itu ialah "Bounce Back", seputar tentang bagaimana kita berusaha untuk bangkit sebakda terjatuh dalam jurang keterpurukan.. Kegiatan ini, sedianya memang di-setting sedari awal seperti sebuah siaran radio, dimana pendengar bebas berbicara dan bercerita perihal tema yang disepakati bersama. Tugas saya ialah memandu jalannya acara agar tetap menarik, dan mengorek setiap cerita yang mengemuka agar jangan sampai kehilangan kedalamannya masing-masing. Salah satu cerita yang paling berkesan, adalah cerita dari Presiden FIM Jakarta sendiri, @izzudinfaras, ketika mengulik kembali salah satu momentum beliau di masa SMA terdahulu. Ceritanya begini. Dulu beliau sempat mengincar ingin masuk salah satu SMA favorit / terbaik di Jakarta ketika itu. Sayangnya, keinginan tersebut tidak berhasil dika

CHIEF's NOTE : Kita Berkarya dengan Membawa Nama Orang-Orang yang Percaya pada Kita

Gambar
Photo by Markus Spiske on Unsplash Satu kesempatan, saya terlibat dalam project organisasi yang terbilang cukup prestise. Proker terakhir, paling akbar, warisan pekerjaan dari pengurus sebelumnya, yang selama ini kami hindari karena skalanya terlalu besar bagi sumber daya kami ketika itu. Namun salah seorang sahabat dekat berhasil membujuk saya. Katanya, "Gampang kok, tingal set set set, jadi deh." Karena dia mengatakannya dengan begitu meyakinkan, plus dia juga berjanji untuk ikut serta membantu bagian terberat, maka saya pun akhirnya luluh dan merasa tertantang. Kami berdua kemudian bersalaman pertanda optimis. Ketika itu saya sebagai ketua tim hanya tersenyum nyengir. Sedangkan anggota kami, hanya bisa terperangah setengah tak percaya menyaksikan saya yang setuju untuk memulai project tersebut. Waktu berlalu. Dan tentunya, bicara memang selalu lebih mudah ketimbang kenyataan di lapangan. H-5, progress kemajuan masih sangat sedikit. 20% bahkan kurang. Anggota tim banyak ya

Untuk Orang-Orang yang Kalah

Gambar
Photo by Michael Dziedzic on Unsplash Apakah engkau memutuskan untuk membenci lalu melupakannya? Aku tersenyum. Meski tak mampu menyembunyikan kegetiran di salah satu sudutnya. Lalu kukatakan, "Tidak. Dan semoga jangan sampai. Bagaimana pun jua, dia pernah menjadi bagian dari doa-doa yang kuhaturkan ke hadapan langit. Bagaimana pun jua, aku pernah mencintainya dengan sesungguh hati pada suatu waktu ketika." Aku akan tetap disini, Kasih. Tersenyum tulus seraya mendoakan sebaik-baik kebahagiaan untukmu, untukku, lalu untuk kita semua. Karena bagi orang-orang yang kalah dalam urusan percintaan, pilihan mereka hanya bersisa pada pada dua hal : mengikhlaskan yang belum berjodoh, lalu menegarkan diri menuju puncak yang lebih kokoh. Itu terdengar cukup adil dan bersahaja bukan? --------------- Merasa sedikit terwakili dengan secarik sajak di atas? Sila tag orang yang bersangkutan.  --------------- Jakarta, 23 Agustus 2020