A-Ambisi
Ambisi itu persis seperti bidikan memanah. Di mata terlihat dekat dan mudah, namun sesungguhnya sangat susah untuk menyasarinya. .
2 Pekan lalu, ketika belajar memanah di
Jakarta bersama coach @zanky_archer , barulah saya paham bahwa memanah bukan
sekedar olahraga menarik busur dan melepas anak panah begitu saja.
Untuk menyasar sasaran 3 m dengan tepat,
setidaknya saya butuh 30 kali tembakan. Itupun belum bisa tepat di titik
lingkar tengahnya. Padahal secara zhahir, sasaran tersebut hanya sejarak
lemparan batu dari tempat saya berdiri. Dan itupun sudah jadi standar paling
ringan untuk ukuran pemula. Tapi ya karena itu tadi, kok ya tetap susahnya
ternyata minta ampun. .
Jarak 3 Meter. Dekat di mata, tapi ya susahnya ternyata minta ampun untuk pemula seperti saya... |
Maka dari situ saya mengerti dan memahami, bahwa ambisi kita persis layaknya bidikan memanah. Serasa dekat, namun ketika coba diraih ternyata susahnya minta ampun. Berapa banyak di antara kita, termasuk pemilik jemari yang menulis ini, yang di awal-awal masa mudanya menyepelekan bahkan menggampangkan setiap cita yang dimiliki. Yaitu ketika harapan yang sengaja digantung tinggi-tinggi, namun tak diikuti ikhtiar nyata tuk membuat tangga di bawahnya. Overconfident. Terlalu pede. Padahal justru itulah yang nantinya membuat kita hanya sekedar berlari di tempat, sementara angan kita masih terus terbang membumbung tinggi di angkasa sana.
Terus gimana, dong? Yah, sama seperti memanah.
Yang perlu kita lakukan hanya mengambil anak panah dan mulai menembak sasaran
di depan. Tak peduli berapa ratus kali kita meleset, kita tetap terus bangkit
dan berusaha. Mencoba dan terus mencoba. Jatuh 7 kali, dan bangkit 8 kali.
Hingga akhirnya kalimat sukses menghampiri kehidupan kita.
Dan tentu itu adalah proses yang maha panjang.
Hasil dari kumpulan ikhtiar kita selama ribuan masa. Bukan novel yang
perputaran roda nasib tokohnya hanya dipisahkan lembar demi lembar halaman,
atau bukan pula film yang mampu menyingkat masa sekian tahun hanya dalam
hitungan menit bahkan detik.
Maka semoga dalam setiap ambisi kita diikuti
dengan ikhtiar yang mumpuni, doa yang terus disenantiasai tuk dipanjatkan.
Meski gagal dan gagal jadi penghalang, tapi bangkit terus jadi kewajiban.
-----------
Indonesia,
Ramadhan 1438 H
Ramadhan 1438 H
Komentar
Posting Komentar