KEPING KEDUA : Jadilah Orang Baik
"Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik, maka Allah faqihkan dia terhadap agama...."
(HR. Bukhari : 69)
Satu
malam, seorang sahabat tiba-tiba bertanya meminta saran kepada saya,
"Eh, kasih motivasi dong biar semangat dan gak nervous buat ujian SBMPTN
besok..."
Saya, setengah mengantuk, hanya menjawab,
"Istirahat aja malam ini. Serahkan sisanya pada Yang Kuasa di Langit."
"Apa
yang besok ditakdirkan jadi milikmu, tetap akan jadi milikmu. Dan
apa-apa yang memang tak ditakdirkan menjadi bagianmu, dikejar kemanapun
tetap gak akan dapat."
"Saran aku, SBM bukan segala-galanya. Ada
banyak jalan menuju roma, lebih banyak lagi jalan menuju jenjang kuliah.
Nothing to lost..."
"Yang terpenting, dimanapun kamu berada nanti, kamu harus tetap jadi orang baik. Dunia maupun akhirat."
Ah,
kawan. Malam itu memang benar bila saya menahan kantuk berat. Tapi apa
yang saya tulis untuk sahabat saya tadi, sesungguhnya adalah tentang
kumpulan dari hari-hari yang telah berlalu atas diri saya sendiri.
Bahwa
menjadi orang baik, sejatinya bukan sekedar tentang tempat dimana kita
dibesarkan atau dididik. Lingkungan memang berperan besar, namun di atas
itu, usaha serta kesadaran kita lah yang akan menentukan proses
akhirnya.
Untuk menjadi orang baik, atau untuk menjadi seseorang
yang mampu memahami maksud agama dengan baik, tidak mesti harus selalu
lewat dunia pesantren; tidak melulu harus belajar di Timur Tengah atau
hafal Qur'an terlebih dahulu. Tidak. Yang demikian hanyalah satu dari
sekian wasilah (perantara) yang Allah hadirkan di atas dunia ini, agar
kita dapat mendekatkan diri pada tujuan di atas. Sekedar baru
mendekatkan, bukan lantas menjadi jaminan keberhasilan.
Masih ada
banyak jalan lain, di luaran sana, yang dapat mengantarkan kita menuju
terangnya hidayah Ilahi dan menjadikan kita sejalan dengan jalannya
orang-orang yang baik.
Bukankah ada banyak orang-orang yang bukan
berasal dari dunia pesantren, namun Allah pilih dia untuk meneruskan
estafet dakwah dunia kita hari ini? Bukankah juga banyak orang-orang
yang telanjur berdiri di atas kemegahan puncak dunia, untuk kemudian
Allah ketuk hati mereka agar kembali ikut urun kiprah bagi kemashalatan
umat? Bahkan, bukankah juga banyak orang-orang yang terlahir dari
keluarga non-muslim, untuk kemudian di dalam perjalanan hidupnya, Allah
beri dia hidayah nan penuh kasih sayang, agar lalu Allah pilih dia untuk
menjadi bagian dari penjaga agama ini?
"Jadilah orang baik. Atau jika belum, berusahalah untuk menjadi orang yang lebih baik di kemudian hari."
Jangan pernah berputus asa, sebab sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui dengan segenap kondisi hamba-Nya.
Meski
seberat apapun dosa yang menggelayut di pundak kita, sekelam apapun
masa lalu yang menghantui hari-hari kita, sepayah apapun cobaan hidup
berusaha menjatuhkan kita, selalu akan dan terus akan ada jalan untuk
kembali ke jalan orang-orang yang baik di sisi Allah Subhanahu wa
Ta'ala.
Dengan cara itulah, kita kemudian berdoa di hadapan
langit, agar moga-moga Allah berkenan memasukkan kita dalam golongan
orang-orang yang baik, untuk selanjutnya, -sebagaimana hadis di atas-,
diberi kebaikan yang lebih besar lagi: pemahaman terhadap ilmu agama.
Pemahaman
terhadap agama inilah yang merupakan anugrah terbesar bagi seorang anak
manusia. Karena dengan memahami agama secara benar, akan menjadikan
kita tak lagi bersikap salah kaprah; mengantarkan kita untuk melihat
dengan jernih hakikat dunia yang fana; serta menyemangatkan kita agar
senantiasa bermanfaat terhadap sesama dimanapun berada.
Maka,
selamat berusaha menjadi orang baik. Semoga Ramadhan tahun ini, Allah
beri kita semua kemudahan untuk menggapai 'kemenangan' hakiki sebagai
seorang muhsinin lagi muttaqien di hari nan Idul Fitri nanti. Allahumma
Amiiin.
----------------
Gerimis Solo,
2 Ramadhan 1439 H
----------------
#CatatanMenujuKemenangan #RamadhanProduktif #RamadhanPositif #30InspirasiRamadhan #30HariMenulis
Komentar
Posting Komentar