KEPING KEEMPAT : Syukur Sebenar Syukur




-----------

Perihal syukur, apa pendapatmu, kawan?


Jika ungkapan syukur hanya terucap saat ada kendaraan baru, -BMW, Mercedes, Ninja, CBR- , lantas untuk nikmat kedua kaki yang senantiasa mengantarkan kita melangkah di muka bumi, apa yang hendak kita ucapkan?


Jika ungkapan syukur hanya terucap saat punya kediaman baru –rumah betingkat, apartemen mewah, kondominium ekslusif- , lantas untuk nikmat kedua mata yang menunjukkan warna-warni dunia setiap saatnya, apa yang hendak kita utarakan?


Jika ungkapan syukur hanya terucap saat beroleh penghasilan besar di siang hari, -turun gaji, bonus besar, THR Lebaran- , lantas untuk nikmat istirahat tidur yang setiap malam kita rasakan, apa yang hendak kita sampaikan?


Jika ungkapan syukur hanya terucap saat bersantap makanan lezat lagi mahal, lantas untuk setiap tarikan nafas yang serba gratis ini, apa yang hendak kita ajukan?


Ah, kawan. Untuk bersyukur sesungguhnya kita tak perlu menanti hal-hal besar datang dalam hidup kita. Belajarlah menghayati hidup dari mensyukuri hal-hal kecil di sekitar kita.


Coba tengok kanan-kiri kita. Ada keluarga nan hangat yang selama ini menjadi tempat kita untuk kembali. Orang Tua yang penuh kasih. Saudara-Saudari kandung yang berisik namun selalu membuat kangen. Bukankah ini nikmat yang pun patut disyukuri bersama?


Coba tengok sekeliling kita. Ada sahabat serta kawan nan setia, yang selalu ada tatkala kita sedang berada di titik nadir, mengutangi kita kala kehabisan bekal, dan menemani kita ketika butuh tempat bercerita. Bukankah ini nikmat yang pun patut disyukuri bersama?


Coba tengok sekujur tubuh kita. Terasa hidup, bukan? Ada pencernaan yang mengelola asupan makanan. Ada pita suara yang membantu kita untuk berbicara kepada sesama. Bahkan, ada mekanisme kentut yang khusus difungsikan untuk mengeluarkan sisa gas dari perut kita. Bukankah ini nikmat yang pun patut disyukuri bersama?


Coba tengok hal-hal nan sederhana lainnya di sekitar kita. Takjil berbuka. Santap malam. Suara sayup adzan yang terdengar merdu di telinga. Masa muda. Kesehatan dari pelbagai penyakit. Kemampuan untuk merasakan rasa. Pakaian rapi. Lisan nan lancar. Dan buanyaaaaaak lagi hal-hal kecil lain yang seharusnya menjadikan diri kita lebih rajin untuk bersyukur kepada-Nya.


Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya. Allah telah katakan di Surat An Nahl ayat 18, bahwa mustahil bagi kita untuk menghitung jumlah keseluruhan nikmat Allah yang ada di muka bumi ini. Mustahil! Karena esensi terpentingnya memang bukan untuk mengetahui total persisnya. Melainkan seberapa PEKA kita untuk mensyukuri beragam nikmat yang telah tergenggam selama ini.


Perbanyaklah rasa syukur kita, saudaraku. Lebih-lebih terhadap nikmat Iman serta Hidayah yang menuntun kita pada kesempurnaan ajaran Islam, dan membawa kita pada kecintaan terhadap Allah serta Rasul-Nya. Bersyukurlah untuk yang demikian, karena tentu tak semua manusia merasakan anugerah petunjuk semacam itu.


Bersyukurlah dengan apa-apa yang telah kita miliki. Karena jangan sampai kita terlanjur berlari penuh nafsu mengejar beragam gemerlap dunia, dan justru malah melupakan segala sesuatu yang selama ini telah tergenggam di hadapan kita, padahal itu sesungguhnya lebih baik.

-----------


InFrame : Ini kolase foto kami sebelum perpisahan itu datang. Perpisahan, -yang benar kata orang banyak, bahwa segala sesuatu baru tampak berharga ketika telah hilang dari kita. Perpisahan yang menjadikan kami kian dekat, dan kian menghargai setiap tetes masa sua reuni sebakda wisuda. Maka untuk semua gelaran cerita hebat di masa putih abu-abu kita, mari bersyukur, kawan! 😭😭😭 Dan mohon maaf untuk teman-teman @pasukanlangit1256 yang belum ke-tag! Maksimal 20 orang, cuy...😁😁😁


-----------

Markaz Iqro,
Inspirasi Takjil di Penghujung Senja,
4 Ramadhan 1439 H

-----------

#CatatanMenujuKemenangan #RamadhanProduktif #RamadhanPositif #30InspirasiRamadhan #30HariMenulis

Komentar