Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Mengenal Bang Zen, Sohib Aliyah di ODOP Batch 7

Gambar
[Yang Sebelah Kiri, Jaket Hitam. Source : IG Beliau] Nama beliau Bang Zen. Lengkapnya Muhammad Zaini. Saya pertama kali mengenal beliau ketika menjalani Aliyah di Kampung 2 Menara, sebuah pondok pesantren di kaki Gunung Lawu. Beliau kakak tingkat satu tahun di atas saya. Selama menjalani hari-hari di pesantren, banyak cerita yang terjalin erat diantara kami. Ada malam-malam ketika kami sama berjuang demi mendapat setoran hafalan buat besok pagi. Ada hari-hari dimana kami berjibaku bersama terlibat dalam proyek ambisius yang serupa. Momentum momen yang penuh warna dan cerita. Oh iya, di OSIS Aliyah, beliau menjabat sebagai sekretaris. Tahun berikutnya, gantian saya yang menjabat sebagai sekretaris. Banyak hal-hal baru yang saya pelajari dari beliau. Mulai dari mekanisme pengaturan nomor surat resmi, sampai tips dan trik ketika mengajukan surat ke atasan. Bagi sebagian orang mungkin terasa amat remeh temeh, tapi justru hal-hal kecil seperti itulah yang kemudian banyak membantu s

CERBUNG : Mimpi di Ujung Meja Hijau (Bagian Akhir)

Gambar
[Source : Here ] ------------------------------ “Baiklah, setelah sedikit berdiskusi, akhirnya kami para hakim sepakat untuk memvonis terdakwa Basuki Rahmat, selaku Direktur PT.Asta Bangun, sebagi pelaku dalam tindak pidana korupsi pengadaan bantuan sekolah yang merugikan negara sebesar Rp 9,6 miliar rupiah. Setelah melalui berbagai pertimbangan, kami memutuskan untuk menjatuhkan hukuman kepada terdakwa sesuai dengan tuntutan yang diajukan Jaksa Penuntut yang berupa hukuman 5 tahun 6 bulan penjara ditambah dengan denda 500 juta beserta kewajiban untuk mengganti kerugian negara.”, kataku lantang yang diikuti dengan ketokan palu yang khas. “ Tok..tok..tok.. ” Setelah membacakan vonis itu, pikiranku jadi sedikit buram. Aku agak lupa dengan detail jalannya sisa sidang tersebut. Yang pasti, ketika itu kamu mengajukan banding ke Mahkamah Agung. Berharap mendapat vonis yang lebih ringan dari yang kubacakan. Dan yang pasti juga, sebelum sidang ditutup aku tidak akan pernah melupakan

CERBUNG : Mimpi di Ujung Meja Hijau (Bagian 4)

Gambar
[Source : Here ] ----------------------------- Kejadian suram itu terjadi sekitar 27 tahun yang lalu. Itu adalah masa-masa dimana aku seharusnya mendapatkan curahan kasih sayang yang cukup dari kedua orangtuaku. Saat itu aku masih ingat jelas kalau aku masih duduk di bangku kelas 3 SD. Ayahku ditangkap oleh pihak berwenang saat beliau sedang mengantarkan aku ke sekolah SD-ku. Penangkapan itu sendiri terjadi di depang mataku sendiri. Dan terjadi begitu cepat. Tak kurang dari 15 menit ayahku telah dibawa entah kemana. Aku sendiri hanya berdiri melongo ketika menyaksikannya dari balik pagar sekolah. Sayangnya, bukan aku saja yang menyaksikan kejadian itu. Seluruh penghuni sekolah pun turut melihat kejadian itu!! Dan itulah yang menjadi berita buruk bagiku di hari-hari mendatang. Seluruh murid sekolah mengejekku sebagai anak penjahat kapanpun aku berada di dekat mereka. Tidak ada seorangpun diantara mereka yang mau berteman denganku. Aku dikucilkan bahkan oleh teman sebangkuku. Ketik

CERBUNG : Mimpi di Ujung Meja Hijau (Bagian 3)

Gambar
[Source : Here ] --------------------- “Kenapa kamu begitu terobsesi dengan impian konyolmu itu?” tanyamu setelah aku menjawab pertanyaan yang selalu menjadi awal pembicaraan kami tiap kali bertemu. “Kenapa pula kamu mengatakan impianku itu konyol? Bukankah itu sesuatu yang didamba-dambakan oleh masyarakat negeri ini?”, jawabku sok ilmiah.  Aku benar-benar heran, ini pertama kalinya kamu mengatakan impianku itu konyol. Dan ini pertama kalinya pula kamu mencoba berbincang-bincang jauh lebih mendalm tentang mimpiku itu. Dalam perjumpaan sebelum-belummya, kita pasti sudah berganti topik sebelum sempat membicarakan hal itu. Film dan novel rasanya jauh lebih asyik untuk dibahas olehmu daripada repot-repot membicarakan impianku itu.   “Memang mulia bagi mayoritas rakyat kecil di negeri ini. Tapi itu terlihat amat konyol untuk orang-orang berpengaruh di negeri ini. Mereka pasti tertawa terbahak-bahak saat mendengar impianmu itu.”, katamu diiringi dengan senyum kecil di bi

CERBUNG : Mimpi di Ujung Meja Hijau (Bagian 2)

Gambar
[Source : Here ] ---------------------- “Apa mimpimu di masa mendatang?”, tanyamu di suatu senja. “Aku ingin menjadi orang yang memberantas korupsi di negeri ini”, jawabku santai. Jawaban itu meluncur dari bibirku yang masih berusia sepuluh tahun. Selisih 3 tahun denganmu yang saat itu duduk di kelas 6 SD. Kamu ingat, ekspresi wajahmu saat aku menjawab pertanyaanmu itu? Kamu mengernyit keheranan ketika itu. Seakan-akan berkata jika aku membicarakan suatu hal yang mustahil. Tapi bahkan setelah 10 tahun berlalu, kamu tetap saja menunjukkan ekspresi yang sama. Padahal kamu sudah mendengar jawaban itu 10 kali selama ini. Ya, kamu selalu bertanya hal yang sama tiap kita bertemu setahun sekali. Selalu saja pertanyaan itu yang menjadi awal dari pembicaraan kita ketika bersantai di halaman belakang rumah nenek. Dan selalu jawaban itu pula yang keluar dari mulutku. Selalu saja sama. Kalaupun berubah, paling-paling hanya bertambah rinci saja. Karena sejak aku memasuki jenjang SMP,

CERBUNG : Mimpi di Ujung Meja Hijau (Bagian 1)

Gambar
[Source : Here ] “Seharusnya ini adalah hari terbaik dalam karirku!!”, umpatku dalam hati. Ya,semestinya hari ini adalah hari yang paling membahagiakan bagiku. Hari dimana aku untuk kesepuluh kalinya memimpin sebuah sidang korupsi dengan terdakwa kelas kakap. Sungguh, suatu alasan yang cukup bagiku untuk bangun begitu pagi dan berpakaian amat rapi di hari ini. Sayang,  semuanya hancur begitu aku mengetahui bahwa dirimulah yang akan duduk di kursi pesakitan siang ini. Beberapa hari yang lalu, ketika dikabari pertama kali, aku masih kurang yakin. Ketika itu aku hanya berharap jika nama ‘Basuki Rahmat’ itu akan merujuk ke orang lain. Bukan dirimu yang pernah kukenal 25 tahun yang lalu. Selain itu, aku juga yakin jika ada ratusan orang diluar sana yang memiliki nama pasaran seperti namamu itu. Bahkan, aku memiliki 3 kontak di Whatsapp -ku yang semuanya memakai nama itu. Kini, keraguanku itu terjawab. Dan hal itulah yang sukses membuat aku merana di siang ini. Bukan, aku bukan me

KEPING KEDUA PULUH SATU : Bangkai Dunia

Gambar
[Source : Here ] o-●-o-●-o-●-o-● Pernah diceritakan, bahwa suatu hari, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sedang berjalan melewati sebuah pasar bersama para sahabat. Di tengah perjalanan, beliau melintasi bangkai seekor anak kambing jantan yang kedua telinganya lebih kecil daripada ukuran biasanya. Lantas sambil memegang telinga bangkai tersebut, beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam tiba-tiba bertanya, " Siapa diantara kalian yang berkenan membeli ini seharga satu dirham? ” . Orang-orang yang menyimak terheran. Seekor bangkai, dengan cacat di bagian telinga, siapa yang sedia, bukan? Maka mereka menjawab, " Kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa yang bisa kami perbuat dengannya? ” . Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam masih terus mengejar, " Lalu apakah kalian bersedia jika ini menjadi milik kalian? " Orang-orang balik menjawab, " Demi Allah, sekalipun anak kambing jantan ini hidup, pasti tetap akan cacat, karena

M-Menelusuri Asal Muasal Nama Ibukota

Gambar
[Source : Here ] Jakarta  adalah Jakarta. Namun jauh sebelum orang-orang mulai menyebut ‘Jakarta’ sebagai  nama daerah di bagian utara Pulau Jawa, telah terbentang lebih dahulu sejarah nan panjang di balik asal-muasal penamaan daerah tersebut. Di masa Kerajaan Sunda, tempat ini dikenal dengan sebutan Sunda Kelapa. Lalu menjadi Jayakarta sesudah keberhasilan Fatahillah bersama pasukan gabungan Demak-Banten dalam menghadang serangan Portugis pada abad ke-16. Jayakarta, setelah itu mengalami beberapa perubahan transliterasi karena adanya perbedaan latar belakang dalam penulisannya. Orang Belanda menulis nama kota ini dengan “ Jacatra, Jakatra, Iakarta . Demikian juga dengan bangsa Portugis yang menulis dengan ejaan yang berbeda seperti “ Xacatara ” dan sebagainya.  Hal yang lumrah sebenarnya, mengingat di masa tersebut, belum ada standarisasi baku dalam penulisan nama-nama tempat di Asia pada umumnya. Sehingga para pendatang biasanya menuliskan nama-nama tersebut sesuai dengan pelaf

CAKRAWALA RINDU : Sketsa Enam

Gambar
[Source : Here ] --------------- Dari akoe, oentoek permatakoe djang hilang. --------------- "Kurasa aku akan segera menikah, kawan" katamu di penghujung petang. "Oh, begitukah? Dengan siapa?" mataku segera berbinar. Sahabatku semenjak kecil, rupanya kini genap hendak melangkahkan kaki ke jenjang pelaminan. "Dengan dia ..." sembari ringan menyodorkan secarik kartu undangan. Aku sekilas melirik. Masih tersenyum, lalu kukatakan, "Ceritakan padaku. Supaya aku yang tak kunjung menikah ini bisa ikut punya keberanian sepertimu ..." Kemudian mengalirlah untaian kisah tersebut. Tentang sahabatku yang satu purnama silam memberanikan diri datang melamar ke kediaman sang Putri. Lalu tanpa basa-basi mengatakan dengan lantang maksud kedatangannya di hadapan keluarga besar. Duhai, rupanya itu benar-benar meninggalkan kesan yang amat kuat. Sempurna membuat keluarga mereka lekas menerima seluruh urusan. "Aku beruntung mampu memenangka

PERGI (untuk) KEMBALI : East Java

Gambar
" A tramp, a gentleman, a poet, a dreamer, a lonely fellow, always hopeful of romance and adventure. " "Seorang gelandangan, seorang pria sejati, seorang penyair, seorang pemimpi, dan seorang kesepian, selalu berharap pada percintaan (roman) dan petualangan." ~ Charlie Chaplin ------------------ Kami berdua sepertinya memang sangat klop. . Zuher, jelas, seorang laki-laki tulen, penuh mimpi nan ambisius, dan terkadang bisa nyastra sampai ke tingkat begawan. Yang belum bisa saya pastikan hanya 2 hal, apakah dia temasuk manusia-manusia yang dilamun badai kesepian, serta apakah dia sedia tuk disebut sebagai 'gelandangan' di sini. Hehe... Kalo saya lebih unik. Dibilang 'gelandangan' juga boleh, karena selama ini saya memang kerap berkelana dengan menjadi 'benalu' di rumah-rumah kawan yang disinggahi. Maklumlah, masih termasuk sobat misqueen saya, mah. Disebut kesepian pun juga tak mengapa, karena sepi dan sunyi hanyalah bumb

CATAN GURU RANTAU : Tentang Sedekah Terbaik

Gambar
[Source : Here ] Sedekah terbaik, adalah sedekah tulus tanpa mengharap pamrih balasan yang dinanti. Sedekah paling mulia, adalah sedekah yang menjaga iffah (kehormatan) dari yang diberi, alpa tuk mengungkit, biarkan berlalu seakan tak pernah terjadi. Sedekah paling hebat, adakah sedekah yang jauh dari kata umpat, lemah-lembut, agar tak tercungkil rasa sombong di dada yang memberi, juga agar tak tertimbul rasa malu pada yang diberi. Sedekah paling bernilai, adalah sedekah yang lajunya tetap diseriusi, meski kantong di saku sudah lama tak penuh terisi. Tak pernah meminta kembali, meski hidup terlanjur pilu. Sedekah paling bersinar, adalah sedekah di waktu paling gelap, mengendap-endap, bergegas dengan cepat, takut kentara manusia yang sedang terlelap. Karena sedekah, hakikatnya bukan sekedar tentang memberi. Namun tentang adab yang mengiringi di awalan maupun di akhiran. Bagaimana kita mendahului sedekah kita dengan niatan lurus tak berharap balasan, mengawalnya

KEPING KEDUA PULUH : Tentang Niat, Tentang Karsa

Gambar
[Source : Here ] Karsa adalah kekuatan jiwa yang membuat makhluk hidup bergejolak dalam lautan kehendak. Hasrat menggelegak yang mendobrak lalu merobohkan batas-batas semu yang menjadi tabir antara mimpi dan kenyataan. Karsa adalah tentang kemauan manusia. Tentang niat tak goyah yang lantas menghadirkan satu tanya nan dalam : “ Patutkah dirimu? ” o-●-o-●-o-●-o-● Syahdan, dahulu terdapat seorang Ayah dan Anak yang hendak melakukan perjalanan ke kota lain. Maka untuk hajat yang demikian, dibelilah seekor keledai sebagai sarana transportasi bagi keduanya. Namun dikarenakan uang yang mereka miliki tak terlalu mencukupi, jadilah keduanya hanya mendapatkan seekor keledai kecil, kurus, lagi sakit-sakitan. Perjalanan itu pun genap dimulai. Sang anak duduk menghela di atas pelana, sementara sang Ayah menuntun dari samping. Tatkala singgah di satu desa, beredar kasak-kusuk yang sekilas ikut terdengar di telinga keduanya. “Aih, durhaka sekali anak itu. Dia asyik terduduk di atas tung

KEPING KESEMBILAN BELAS : Tentang Niat, Tentang Ikhlas.

Gambar
[Source : Here ] Niat itu ibarat pondasi bangunan.  Ketika terpancang begitu kokoh, gedung pencakar langit yang menjulang setinggi apapun dapat ditopang dengan penuh gagah perkasa. Namun ketika dia rapuh lagi keropos, perlahan pasti akan turut menggerogoti bangunan yang tegak di atasnya; serupa retak yang sekejab menjalar menjadi debu-debu kehancuran; menyisakan onggokan puing bekas di lahan tempat dulu bersemayam.  Tragis, bukan?  o-●-o-●-o-●-o-● Di hari kiamat kelak, ketika Allah ‘Azza wa Jalla menyeru segolongan manusia yang pertama-tama kali dilemparkan ke dalam neraka, penyebabnya pun masih serupa : tentang niat, tentang ikhlas. Siapakah mereka? Aih, mohon maaf. Sayangnya mereka bukan bagian dari sekelompok manusia yang acap kali sering disebut sebagai ‘calon penghuni neraka’ oleh masyarakat kita hari ini. Mereka bukan pelacur, bukan pencuri, bahkan bukan pembunuh. Dalam hadist yang diriwayatkan Imam Muslim, orang-orang yang pertama kali diseru untuk memasuki nerak

CATATAN GURU RANTAU : Tak Akan Tertukar

Gambar
[Source : Here ] Tidak akan pernah tertukar pahala kita dengan pahala orang lain di sisi Allah. Mau kita jadi direktur di pesantren terbesar sekalipun, atau hanya guru TPA di satu desa di pulau paling pelosok sekalipun, tetap tidak akan pernah tertukar atau terselip sekalipun pahala-pahala kita di sisi Allah. Mau yang kita ajari mengaji adalah presiden dan keluarganya, atau 'hanya' sekedar anak-anak jalanan di kolong jembatan, tetap Allah Maha Tahu dan Maha Melihat dengan seluruh amal kebaikan kita. Jangan pernah ragu untuk berbuat baik. Jangan sampai jabatan, harta duniawi, atau pandangan masyarakat menjadi jeruji yang akan menghalang-halangi kita dari beragam amal kebaikan. Karena tak akan pernah tertukar di sisi Allah pahala bani Adam. Sama halnya tak akan tertukar jatah rezeki mereka, dengan siapa mereka berjodoh, dan kapan kematian akan menyapa mereka. Jangan pernah ragu! Pilihan ada di tangan Anda! Berubah atau tergilas oleh zaman!

PERGI (untuk) KEMBALI : Puncak Gagoan

Gambar
[Dok. Pribadi] Tempat ini merupakan salah satu spot terbaik untuk menikmati keindahan alam di sekitar Danau Singkarak, Sumatera Barat. Kalau di kitaran Danau Maninjau ada Puncak Lawang, maka di kitaran Danau Singkarak bolehlah kita menyebut nama Puncak Gagoan. Untuk menuju lokasi ini, saya harus beberapa kali nyasar dan kebablasan. Gegara hanya mengandalkan Google Maps , yang kebetulan kurang pas 'memilih' rute ( di layar tertulis ada jalur di sebelah kanan, ternyata ketika di cek hanya ada jalur kecil seukuran pematang sawah :p) , maka akhirnya saya pun hanya bisa tanya sana tanya sini kepada penduduk lokal. Mampir warung, pasang senyum manis, dikira turis mau beli cemilan, eh ternyata malah tanya arah. Hehehe.... Karena saya datang ketika jelang matahari kembali ke peraduan, maka dari sekian penduduk yang saya tanya, tidak sedikit di antara mereka yang menyangsikan niatan saya tersebut. Bahkan sampai ada yang bertanya apakah saya memang punya rencana bermalam di lok

Catatan Guru Rantau : Tentang Teruslah Berusaha

Gambar
[Source : Here ] Jangan pernah ragu untuk menebar kebajikan. Karena kita tidak pernah tahu kapan kebaikan itu akan tumbuh subur menebar manfaat bagi yang menerimanya. Betapa saya kembali teringat dengan seluruh nasehat emas Gurunda-Gurunda kami selama berada di Aliyah Kampung 2 Menara, dan betapa saya kembali tersadar bahwa hari ini boleh jadi seluruh nasehat mereka telah menjadi kebenaran di tanah rantau ini. Maka saya pun kembali teringat dengan salah satu dawuh dari Almarhum K.H Maimoen Zubair, ketika suatu ketika beliau berkata : " Mengajar santri itu jangan disertai harapan agar mereka jadi cerdas  atau pintar. Karena ketika itu tidak tercapai, keikhlasan kita akan berkurang dan hilang. " Ah, memang benar rupanya. Mengajar itu hakikatnya adalah tentang keikhlasan untuk bersabar. Ibarat menanam pohon, boleh jadi yang menuai buahnya bukan diri kita sendiri melainkan anak cucu kita kelak. Maka mengajar adalah sebenarnya tak lebih dari itu jua, karena boleh jadi

PERGI (untuk) KEMBALI : Mengantar Tukik Pulang

Gambar
[Dok. Pribadi] Tentang pulang, mari kita sejenak belajar dari tukik-tukik (bayi penyu) yang beranjak kembali. Sehari sebakda menetas dari telur, jelang malam, tukik-tukik ini dilepasliarkan kembali ke lautan yang menghampar luas. Agar gelap yang genap berpendar sedari petang dapat membantu menghindarkan mereka dari ancaman pemangsa, sekaligus meningkatkan peluang selamat guna meneruskan keberlangsungan hidup jenis mereka sendiri. Tapi apakah semudah itu? Tidak. Untuk kembali ke muasal, tukik-tukik mungil tadi tertatih-tatih merangkak menuju bibir pantai, berulang kali disapu buaian ombak, terhempas dan terus terhempas, sebelum kemudian mencapai laut tempat mereka berpulang. Tak ada induk yang melindungi, sebab usai bertelur, penyu-penyu betina yang menjadi ibu mereka memang lantas pergi berlalu, meninggalkan mereka tertimbun dalam gundukan pasir pantai. Yang membersamai mereka hanyalah kawan-kawan sesama tukik yang turut dihantar beriringan menuju samudera lepas. Senasib

KEPING KEDELAPAN BELAS : Tentang Senja

Gambar
[Source : Here ] Dari setiap senja yang dihelat dengan penuh gegap gempita oleh sang semesta, cerita apa yang membuat engkau kian jatuh cinta? Aduh, jangan terlanjur berharap muluk dari dongengku kali ini, kawan. Karena kuberitahu engkau, ini bukan sejenis romantika picisan yang biasa kukarang ketika kasmaran seperti baru-baru ini. Ini tentang…… senja . Dari senja, doaku sedari dahulu selalu amat sederhana. Bagaimana kiranya, lewat segenggam senja yang berlalu setiap petang di tanah tumpah darah kita ini, aku dapat selalu bersyukur darinya. Sebab aku percaya, sesiapa yang mampu bersyukur terhadap yang sedikit, niscaya lebih mudah baginya untuk kembali bersyukur manakala mendapat anugerah lebih banyak. Ya, kan? Agar semoga, dari tiap-tiap syukur yang menjadi ikhtiarku tersebut, ada secercap tafakkur yang menjadi bekal kebijaksanaan bagiku, guna menyelami lebih jauh ke dalam lautan nan kelam di relung hatiku. Meniadakan kepongahan, menghapus bala dendam, menanam benih permaafa

Investasi

Gambar
[Dok. Pribadi] Investasi, bila ditilik lebih jauh, sejatinya merupakan kumpulan kegiatan yang mengindisikan sebuah penghematan. Satu upaya agar kita tidak menghabiskan begitu saja semua pemberian rezeki dari Allah semata untuk kegiatan konsumtif yang serba tidak produktif. Tentang ini, Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu dalam sebuah riwayat pernah berkata, الكفاف مع القصد أكفى من ااسعة مع الإسراف "Kecukupan yang disertai kesederhanaan adalah lebih mencukupi daripada kelonggaran yang disertai pemborosan" Maknanya, sekalipun pemasukan kita pas-pasan bila dibandingkan dengan sederat kebutuhan bulanan, selama dapat bersikap hemat, hasilnya akan jauh lebih baik ketimbang mendapatkan pemasukan besar namun lantas melengahkan kita menuju perilaku berlebihan. Dari sini kita dapat menarik benang simpulnya. Jika dengan bersikap hemat kita dapat mengakali pemasukan yang serba pas-pasan, apa jadinya bila kita tetap bersikap hemat sekalipun pemasukan kita sudah sanga

Ragu Berpulang (Edisi Narasi)

Gambar
[Source : Here ] Di saat gemuruh badai bernama keraguan itu datang, dan cinta, cita, serta jua terang tak kunjung lekas berderas datang, maka ingat-ingatlah perihal tujuan mengapa kamu harus berjuang, kenang dan ingat-ingatlah seluruh derita serta nestapa dalam pelbagai cerita yang telah membuat kamu menangis berlinang, pegang dan ingat-ingatlah prinsip demi prinsip, pemahaman demi pemahaman, bajik dan bijak, yang sekian lama telah termaktub lagi terhayati dalam hati kalian nan terpancang. Ingatlah, anak-anakku. Saat hati justru bertambah gersang, pandangan kian memburam, dan perlahan jalan di hadapan serasa makin berbayang, ingat-ingatlahlah dengan khittoh, pokok-pokok pedoman dari jalan yang telah kalian tapaki selama ini. Jalan dakwah Para 'Anbiya. Jalan juang Para Syuhada. Jalan ukhuwah Para Shiddiqin. Jalan panjang nan berliku milik setiap Sholihin serta Sholihat, dimanapun mereka berada. Ingatlah selalu, maka niscaya sejauh apapun kalian berpaling, sedalam apap

Ragu Berpulang (Edisi Sajak)

Gambar
[Source : Here ] Ketika ragu kembali berpulang, Dan cita, cinta, serta jua juang Tak gegas berderas datang Semua jelma serba jelatang! Gelimang susah sudah bergelimpang Hidup tunggal tanggal tinggal melayang Terjang terbang tuju jurang Meringkuk asa tunduk segelap bayang Sang dalang, pulang sekaligus berpantang Lunglai mensudahi lakon wayang Bingung bimbang berderap kencang Bersisa nestapa di ujung derai dentang Maka tatkala kita kian kurang Lepas lasak dari pasak pancang Memburu bara hayat nan gersang Lalu senyap menyesap terang benderang Pergi pilihan pilu kembali menjerang Ah, cukup genapi barisan ini, sayang. Tak perlu lusuh peluh berbincang. Agar sendu tak kian menjura girang Larikan jelas penuh terawang Kita berpisah bersama serunai tenang. ---------- Maninjau, Suatu Hari di Masa Lampau Jelang Sebuah Keputusan Besar

KALA-TENTANG-HUJAN

Gambar
[Source: Here ] Kekuasaan datang menawarkan diri. Laki-laki itu balas tersenyum selebar ibu jari "Duhai, kiranya aku hanya seorang pengelana, bagaimana mungkin patut duduk bersinggasana?" Kekayaan ganti menjura menghampiri Dia lagi-lagi menggeleng tanpa mencari "Aih, daku sekadar jelata di pinggi negeri tak perlu bermewah menambah iri yang penting sekadar cukup untuk bersendiri ..." Lalu semesta datang bersama anak-anak hujan genap membasuh basah setampuk kesedihan mengundang sendu berselimutkan kerinduan Dia tiba-tiba bangkit bergairah "Ah, ini dia yang kucari tetes gerimis yang turun penuh ikhlas guna diam memelukku sepanjang waktu bersisa agar luruh menyibak segenap bisik godaan semata lurus bersimpuh pada-Nya sahaja Ah, ini dia yang kunanti serunai air yang menghanyutkan segala rupa dunia dari pandangan untuk meniadakan kesiaan semata demi mengadakan bekal keabadiaan Selamat tinggal. Izinkan aku pergi, dengan sekantong