Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

TADABBUR SIROH : Cinta di Penghujung Gelanggang Uhud

Gambar
“Ya Allah, aku mohon pada-Mu cinta-Mu dan cinta orang yang mencintai-Mu, dan amalan yang mengantarkanku untuk menggapai cinta-Mu. Ya Allah, jadikan kecintaanku kepada-Mu, lebih aku cintai daripada cintaku pada diriku sendiri, keluargaku, dan air dingin.”  [HR. Ahmad & Tirmidzi] o-●-o-●-o-●-o-● . Adalah Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, salah satu sahabat yang diutus Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam untuk memeriksa dan mencari para korban sebakda kecamuk perang Uhud. . Zaid menceritakan, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengutusku agar mencari Sa’ad bin Ar Rabi’. Beliau bersabda, ‘Jika engkau sudah menemukannya, sampaikan salamku kepadanya. Katakan juga kepadanya, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bertanya kepadamu, ‘Apa yang engkau rasakan?’” . Lalu Zaid bin Tsabit lanjut menuturkan, “Kemudian aku berputar-putar di antara orang-orang yang terbunuh, hingga aku menemukannya dengan sebuah tombak terakhir yang mengenainya. Sementara di sekujur

D-Debur Ombak

Gambar
Selat Sunda Suatu Hari Dulu Debur ombak yang dibelah haluan kapal, ternyata perlahan turut menghanyutkan mosaik indah memori nostalgia selama berada di tanah Jawa. Aku tercebur dalam diam, bukan untuk meratapi, tapi untuk menyesapi. . Ada saat dimana sendu serta sembilu kepergian bercampur bersama nikmat aroma petualangan. Menguar keluar begitu liar sepanjang perjalanan lintas ranah ini. Namun meski bercampur, aku tetap mampu memilah dan memisah. Seperti halnya setiap debur ombak asin Selat Sunda, yang menjadi penghubung juga sekaligus pemilah raga antara sang Suwarnadwipa dengan Jawadwipa. . Debur ombak kali ini kutemani dengan hikayat perjalanan selama satu purnama ke belakang. Mengulas dan mengingat setiap langkah kaki yang melintasi jarak demi jarak. Karena sejatinya, kapal yang kunaiki ini adalah tiket kembali, pertanda bahwa di nun jauh ujung sana ada tugas serta tuntutan yang akan menjadi rutinitas segera. Maka tak ada salahnya, mengingat dan mengulang sejauh mana kita

C-Cinta ; C-Caption Baper

Gambar
Apa benar kau masih sendiri? . Kudengar, kabarnya ada nama yang kau sebut usai sholatmu. Kudengar, di luar sana mereka berlomba-lomba meraih perhatianmu. Satu per satu mengutarakan niatnya. Dan kudengar, tak satupun dari mereka kau terima. Lantas, siapa yang telah mengisi hatimu? . Apa benar kau masih sendiri? . Kulihat, kau begitu pandai menjaga diri. Kulihat, kau begitu antusias mempersiapkan diri. Mencari ilmu dari beberapa guru. Di lain waktu, kau terlihat mengagumkan saat bermain dengan anak-anak. .Kulihat tidak ada siapa-siapa di dekatmu. . Apa benar kau masih sendiri? . Lantas siapakah orang yang sering kau sebut dalam doamu? Bila tidak ada siapa-siapa di sana, apa yang membuatmuu memiliki dinding yang begitu tinggi? Lalu, kucari tahu dari setiap teman dekatmu. Siapa yang sedang kau tunggu. Mereka jawab, kehadiranku. . Benarkah? . Catatan : Puisi ini saya kutip langsung dari buku "Hujan Matahari" karangan Kurniawan Gunadi. Sebuah buku yang penuh deng

B-Bersama

Gambar
Duduk bersama mereka ibarat menaiki roller coaster yang tiada berujung. Kadang pembahasan nya begitu serius menyangkut umat seisi dunia, namun terkadang juga bisa begitu konyol sampai bikin perut mules akibat ngakak terlalu berlebih. Di sini kami dapat menanggalkan semua gengsi serta gelar, bebas bercanda, tertawa, guyon, melucu, men-jayus, mengejek, membanyol, bahkan curhat sampai nangis sekalipun. Dan tentu, semua saling mendengar, semua saling menghargai. . Berbincang bersama mereka, seakan dilempar dalam pusaran waktu, mengenang sekaligus bernostalgia dengan masa-masa terbaik yang pernah hadir ketika dulu masih bersama di Kampung 2 Menara. Masa-masa penuh tawa, haru, dan rasa kangen. Maka beruntunglah mereka, yang dulu semasa nyantri sering bikin ulah dan banyak tingkah, karena biasanya, pengalaman mereka lah yang jadi bintang utama pembahasan kami ketika bertemu kembali di hari-hari berikutnya. Selalu dan selalu. Hehehe.... . Berdiskusi bersama mereka juga sarat dengan sek

B-Bebas

Gambar
Bebas, sebebas angin di angkasa. . Gaya backpacker amatir bin rempong, masih lengkap dengan koper dan barang bawaan lain yang bejibun banyaknya. A lot of thanks for my beloved brother @zuhair_najm , yang udah sedia menemani dan membantu mewujudkan ide gila 'menginjakkan kaki' di tanah Madura ini, meski kita sama-sama tahu bahwa waktu yang kita miliki sudah sangat teramat mepet. . Sore sudah harus tiba di solo, sementara jam telah menunjukkan pukul 11 siang. Tiket kereta di aplikasi online udah sold out semua, sementara kita tahu bersama jika pulang darat via bus hanya akan mengakibatkan keterlambatan yang super fatal. What's next? Ah iya, mana bungkusan sepatu saya juga ikut ketinggalan di bagasi bis Lamongan-Surabaya, dan terpaksa harus direlakan. Hadeh. Nekat dan Apes. Tapi itu semua bumbu rempah-rempah yang kita butuhkan agar perjalanan ini tak sekedar jadi perjalanan biasa. Namun juga menjadi perjalanan penuh tawa, penuh cerita, dan penuh tantangan. . Hehehe...

KEPING KEDELAPAN : Kebenaran yang Menyakitkan

Gambar
Jika itu dirimu, mana yang akan engkau pilih, kebenaran yang menyakitkan atau kebohongan yang menghadirkan kenyamanan? o-●-o-●-o-●-o-● Jika itu diriku, aku akan tetap memilih pilihan kedua. Kebenaran nan menyakitkan. Meski itu lantas membuatku terkapar dalam kenyataan nan menyedihkan, tapi setidaknya aku tahu bahwa itu benar, bukan? Karena kebenaran, selamanya akan tetap menjadi kebenaran. Setidaknya aku tahu, bahwa sekalipun aku kemudian berjalan di atas titian yang tipis, itu tetap akan menjadi kebenaran yang kokoh. Aku bisa sepenuh percaya berpijak padanya, melangkah pelan, sembari melewati masa-masa kritis untuk kemudian bangkit seutuhnya.  Karena kebenaran, selamanya akan tetap menjadi kenyataan hakiki. Setidaknya aku tahu, bahwa sekalipun aku berpegang pada temali yang terlihat amat lunglai, sejatinya itu tetap akan menjadi kebenaran yang menuntunku pada akhir nan baik. Sehingga aku bisa terus berjalan melewati gelap nan pekat, menuju terang penuh benderang dimana

KEPING KETUJUH : Pergi (untuk) Kembali

Gambar
 ------------------ Bahwa sejauh apapun kita pergi nanti, kita tetap harus kembali ke bumi pertiwi.   Bahwa setinggi apapun kita terbang nanti, kita tetap mesti ingat daratan tempat tumpah darah kita dilahirkan.   Bahwa sehebat apapun prestasi kita menjulang di negeri orang, kita selalu akan tetap punya tanggung jawab terhadap orang-orang yang ditinggalkan di belakang. ------------------   Potret ini, meski cuma selembar gambar, sejatinya menyimpan banyak cerita dari tempat-tempat nan berjauhan. Dari Afrika Utara hingga Sumatera Barat. Dari gang-gang sempit kota Solo menuju sudut terminal kota Surabaya. Di samping saya, adalah beliau Gurunda kami, al-ustadz @fatahyasina, tetangga di kota yang sama sekaligus kakak tingkat 1 tahun di atas saya ketika masih bersekolah di Kampung 2 Menara dulu. 2015 silam, dari titik nadir yang sama, gurat takdir mengantarkan kami berpisah menuju tujuan masing-masing yang terpaut hampir seperempat lingkar bumi jauhnya. Dari Solo, belia