KEPING KEDELAPAN : Kebenaran yang Menyakitkan


Jika itu dirimu, mana yang akan engkau pilih, kebenaran yang menyakitkan atau kebohongan yang menghadirkan kenyamanan?

o-●-o-●-o-●-o-●

Jika itu diriku, aku akan tetap memilih pilihan kedua. Kebenaran nan menyakitkan. Meski itu lantas membuatku terkapar dalam kenyataan nan menyedihkan, tapi setidaknya aku tahu bahwa itu benar, bukan?

Karena kebenaran, selamanya akan tetap menjadi kebenaran.

Setidaknya aku tahu, bahwa sekalipun aku kemudian berjalan di atas titian yang tipis, itu tetap akan menjadi kebenaran yang kokoh. Aku bisa sepenuh percaya berpijak padanya, melangkah pelan, sembari melewati masa-masa kritis untuk kemudian bangkit seutuhnya. 

Karena kebenaran, selamanya akan tetap menjadi kenyataan hakiki.

Setidaknya aku tahu, bahwa sekalipun aku berpegang pada temali yang terlihat amat lunglai, sejatinya itu tetap akan menjadi kebenaran yang menuntunku pada akhir nan baik. Sehingga aku bisa terus berjalan melewati gelap nan pekat, menuju terang penuh benderang dimana janji-janji esok bergulir kencang. 

Kebohongan yang membuat nyaman, kiranya memang terasa melenakan. Tapi, sungguhkah demikian? Sampai kapan kita harus pura-pura memejamkan mata menutup telinga? Untuk apa hidup di dunia nyata yang justru kita rela sepenuh hati tuk menyesakinya dengan beragam kepalsuan? 

Karena ingat, kebohongan manapun, mesti menjadikan kita nyaman sekalipun, sejatinya hanya membuat kita menunda hitung-hitungan kebenaran yang sudah ada di depan mata. Melenakan di awal. Namun melelahkan di akhir. Persis selayaknya bom waktu yang sewaktu-waktu ledakannya justru akan membuat kita terjerembab menuju jurang kerapuhan.

Maka Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya. Termaktub dalam Al Qur'an kata-kata penuh keagungan : "Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu, maka janganlah engkau sekali-kali termasuk orang-orang yang ragu". (QS. Ali Imron (3) : 60)

Bahwa kebenaran, sesakit apapun itu, boleh jadi merupakan kerlip cahaya petunjuk dari langit, sebuah isyarat agar kita lekas berputar haluan dan mengambil jalan lain yang lebih baik. 

Bahwa kebenaran, meski lantas membuat kita tersungkur telak di atas kenyataan hidup, boleh jadi merupakan pertanda langit untuk mendidik kita bangkit sebakda terjatuh, mengajarkan kita perihal mana yang lebih menyelamatkan bagi kita semua, dan mencegah kita dari jurang kehancuran yang boleh jadi telah menanti di ujung nan gelap sana. 

Karena kebenaran yang semacam itu, sekalipun tampak menyakitkan, hakikatnya merupakan "Reverse Point, Titik Balik", sebuah seruan penuh kasih untuk kembali ke haribaan sang Ilahi, bagi kita semua yang kiranya mendambakan pencerahan, memiliki hati yang peka, dan jiwa yang rindu untuk menginsyafi setiap dosa.

Life must go on. Hidup harus terus berlanjut, kawan. Seka air matamu, sudahi tangisanmu. Peluk erat setiap genggam kebenaran yang engkau dapati, dobrak semua dinding pembatas kepalsuan yang ada, dan hiduplah dengan penuh bahagia! Di atas kebenaran sejati, kini maupun esok! 

Karena janji Allah adalah benar. Bahwa bagi sesiapa pun, akan selalu ada kemudahan nan memudahkan sebakda seluruh sukar penuh susah nestapa.

Maka, janganlah engkau termasuk orang yang ragu, kawan.

o-●-o-●-o-●-o-●

Solo Malam Hari,
Teruntuk jiwa yang terombang-ambing,
11 Ramadhan 1439 H

o-●-o-●-o-●-o-●

#CatatanMenujuKemenangan #RamadhanProduktif #RamadhanPositif #30InspirasiRamadhan #30HariMenulis

Komentar