Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

KEPING KEDUA PULUH EMPAT : Hari Kemenangan

Gambar
Source : Here Bila Idul Fitri adalah sempurna tentang kemenangan, lalu kepada siapakah kita saling mengalahkan? 30 hari berpacu tanpa henti, di momentum yang dikatakan setan-setan sedang terbelenggu ketika itu, sejatinya kita melawan siapa kiranya? Ah, iya juga ya. Duhai, bila dipikirkan, seluruh ikhtiar Ramadhan ini boleh jadi adalah tentang perjuangan mengalahkan diri kita sendiri. Selama di bulan suci Ramadhan, kita menyingkirkan segenap kemalasan, meniadakan kemaksiatan, menghalau kejahatan, menggiatkan ketaatan, meningkatkan kebaikan, memperbanyak permafaan, memohon ampunan, agar sempurna meraih gelar ketaqwaan di hari kemenangan. Duhai, inilah pertempuran tersebut! Pertempuran melawan hawa nafsu, yang sebagaimana disabdakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam , kadar intensitasnya jauh dan jauh lebih berat daripada Perang Badar maupun Perang Uhud sendiri. Jihad melawan musuh yang ada dalam diri kita sendiri. Lalu sanggupkah? Sebagaimana suatu kompetisi, pu

CATATAN GURU RANTAU : Cerita Tentang Bocoran Soal UN

Gambar
Ah, tentang UN saya jadi teringat dengan cerita kami dahulu. Waktu itu jadwal pelajaran Fisika. Kami keluar dari ruangan dengan wajah gontai bak prajurit pulang dari medan perang tanpa tidur 3 hari 3 malam. Maklum, soal-soal hari itu memang benar-benar luar bi(n)asa buat kapasitas otak kepala kami. Hehehehe.... Ketika kami bertemu dengan guru fisika kami untuk membahas beberapa soal yang membingungkan tadi, tiba-tiba beliau nyeletuk kalau sebenernya tadi malam beliau sudah mendapatkan bocoran soal yang sama PERSIS dengan soal yang diujikan hari ini. Sama persis, boi. Hanya urutan nomor soal yang mungkin ditukar sana-sini demi memenuhi kuota variasi paket soal. Sebenernya malam itu beliau memang berniat untuk menginap di asrama guna membantu kami dalam persiapan ujian. Namun karena rumah beliau memang cukup jauh, apalagi cuaca juga tidak terlalu mendukung, plus beliau mengira bocoran soal itu tadi hanya hoax semata, dan hape beliau pun saat itu juga sedang lowbat, maka jadilah

CATATAN GURU RANTAU : Antara Mimpi, Teko, dan Qurrota 'Ayun

Gambar
Source : Here Mimpi-mimpi itu boleh selintas terdengar biasa. Namun ketika diucapkan dengan kesungguhan setulus hati, dalam momentum yang benar-benar mengena di jiwa, maka sungguh, hasilnya akan terasa begitu berbeda. Satu malam, di hadapan anak-anak peserta TPA kami, saya iseng bertanya seperti ini : " Eh, besok kan Hari Jum'at. Ada satu waktu khusus dimana Allah akan mengabulkan segenap doa kita. Kalau kalian berhasil mendapatkannya, doa apa yang kiranya bakal kalian panjatkan? " Ehe.  Satu dua menjawab dengan jawaban yang umum. Ingin membahagiakan orang tua. Ingin menjadi orang sukses. Ingin masuk surga. Beberapa yang lain, sambil nyengir, berharap agar kiranya diberi kemudahan dalam melewati beragam tantangan di dunia, seperti ujian sekolah, ulangan harian, hingga aneka tes seleksi. Tapi ada 1 anak yang berhasil membuat saya takjub. Usia 8 tahun. Dengan suara kecilnya dia menjawab, ' Saya ingin kalo nanti meninggal kayak gini, tadz... ' , seraya

Tanah Impian - Arab Saudi

Gambar
Dari seluruh negara yang tergambar di atas peta dunia, negara manakah yang paling membuat engkau berdesir untuk gegas mengunjunginya? Arab Saudi! Hati saya lantang berteriak penuh gairah. Tentang harapan, sudah menjadi impian sedari dulu untuk menapakkan langkah kaki ke tanah Haram nan mulia. Duduk sendiri di pelataran Masjidil Haram, mengenang seluruh ragam perjalanan yang telah menjadi lembaran usia, lalu bersimpuh menjura di hadapan Pemilik Baitullah : ini aku, duhai Rabb! Berserah diri pada-Mu! Mengharap ampun untuk segenap maksiat yang sempat terselip pada kami! Memohon petunjuk untuk seluruh misteri yang menghadang di sisa hayat kami! Tentang harapan, juga turut menjadi impian sedari dulu, untuk menyusuri langsung jejak-jejak terbaik milik para pendahulu kita di tanah suci tersebut. Saya bergetar antusias, ketika membayangkan akan datang hari dimana saya dapat berdiri penuh syahdu di bukit Uhud milik para syuhada, atau ketika tertatih menapaktilasi perjalanan sang Rasuli

P-Pertemuan

Gambar
Gurunda kami, Ustadz Syihabuddin Abdul Muis, pernah menuturkan kepada kami, bahwa suatu ketika ada salah seorang Maha Guru (Syekh) dari Arab Saudi yang hendak berkunjung ke Indonesia dan berencana mampir sejenak ke pesantren kami di Kampung 2 Menara. Benar-benar ‘sejenak’ dalam arti sesungguhnya, karena dari apa yang disampaikan kepada beliau, Syekh ini tadi hanya bermaksud bertamu dalam hitungan 1 atau paling banter 2 jam saja, sebelum melanjutkan penerbangan ke tujuan berikutnya. Sempat timbul rasa heran di hati beliau. Sejauh itu, menempuh jarak kurang lebih 8000 km, untuk kemudian sekedar bertatap muka dalam durasi amat singkat, tentu terasa amat kurang, bukan? Namun apa daya. Di hari-H, dengan segala ketetapan Allah, Gurunda kami tetiba punya urusan nan mendadak sehingga harus pergi ke luar kota, dan gagal melangsungkan seluruh hajat niatan di atas. Barulah ketika melaksanakan ibadah Umroh, beliau menyempatkan untuk sowan langsung ke kediaman sang Maha Guru, menyambung si

Asa Keberanian

Gambar
Sadarkah kita, bahwa untuk maju ke depan, kita harus terlebih dahulu meninggalkan titik awal kita? ~ Catatan Maninjau, Januari 2018 ~ ------------------- Hari ini, ketika takdir sekali lagi mengantarkan saya pada persimpangan besar pilihan hidup, saya kembali teringat beberapa pemahaman hidup nan sederhana yang sempat terlupakan. Ada apa dengan kegagalan? Ada apa dengan keterpurukan? Ini bukan kali yang pertama, bukan? Di titik tersebut, saya kembali mengenang seluruh perjalanan ketika dulu memutuskan meninggalkan tanah rantau Maninjau. Satu pertaruhan besar. Melepas zona nyaman yang telah bersusah payah dibangun selama 3 tahun perjuangan, berpindah tempat tanpa rencana matang apapun, mengulangi kembali segala kemajuan dari titik nol, -ah, saya ingat saya pernah jatuh begitu terpuruk. Mental saya ketika itu sangat terpengaruh. Selama 1 bulan masa transisi, saya bahkan merasakan apa yang disebut orang sebagai Post Power Syndrome. Yaitu saat seluruh kesibukan dan kekuasa

BAHAGIA : Pertemuan Pertama

Gambar
[Source : Here ] Malam itu, kami sepakat untuk bertemu sejenak. Di salah satu restoran kota tempat kami tinggal, ada beragam perbincangan yang turut mengemuka ke atas meja, menemani aneka hidangan makanan yang disajikan oleh para pramusaji. Itu diskusi yang hangat. Sungguh. Ada ruang dimana kami benar-benar bertukar gagasan dan wawasan. Dia dengan tema dunia wirausaha yang sedang dirintis, dan aku dengan seluruh pengalaman perjalananku di berbagai tempat. Hingga pada satu titik, pertanyaan itu akhirnya terucap dari lisanku, "Dengan apa yang telah engkau miliki sekarang, sudahkah engkau merasa bahagia?" Dia sesaat terdiam. Ada secercap jeda keraguan sebelum tiba-tiba mencuat satu jawab, "Ya! Aku rasa untuk saat ini, aku sudah cukup bahagia..." Aku tersenyum. Sosok sahabat dihadapanku ini adalah seorang fresh graduated dari salah satu universitas ternama di Indonesia. Sembari menanti kesempatan pekerjaan yang lebih menantang, sedikit banyak dia sudah

BATAVIA's DIARY: Tentang Karantina dan Kesibukan Kita

Gambar
Photo by Adam NieÅ›cioruk on Unsplash Dear Diary, Ibukota yang kita kenal, sekarang sepertinya mulai memasuki babak baru dalam memerangi penyebaran virus Covid-19. Dari informasi yang beredar, kudengar bahwa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) bakal efektif diterapkan per Jum'at hari ini. Ah, itu kabar yang melegakan. Di tengah kondisi dunia yang kurang bersahabat, dimana media dan  ruang maya rentan dipenuhi berita-berita yang kurang menggembirakan, semoga kabar barusan sedikit banyak turut mengangkat harapan optimis kita sebagai seorang manusia. Itu membuat tenang. Setidaknya bagi aku seorang diri. Pemerintah mulai menunjukkan keseriusan mereka dalam sebuah aksi tindak nyata. Itu suatu hal yang patut kita acungi jempol, ya kan?  Tapi, dear diary, disini aku ada bukan untuk membicarakan politik pemerintah dan oposisi. Kurasa, biarkan orang lain yang lebih (sok) mengerti saja yang mengambil bagian pekerjaan itu. Sedang aku, cukuplah sekedar menuliskan sudut pandang baru yang a

IESCO UNIDA : Tentang Sales OPPO dan Dakwah Ekonomi Islam

Gambar
Sejauh itu melanglang ke Gontor, membersamai gelaran IESCO selama 3 hari berturut, ada satu cerita yang hingga kini tetap terngiang di benak saya. Cerita tersebut dituturkan oleh Vice Rector 3 Universitas Darussalam Gontor, Dr. H Abdul Hafidz, ketika beliau memberi sambutan di hari terakhir penutupan FEMFEST 3.0 beberapa hari yang lewat. Kata beliau, "Dakwah kita terhadap Ekonomi Islam hari-hari ini rupanya masih kalah jauh dengan sales OPPO." Saya sempurna penasaran. "Lha iya... Saya punya seorang kawan. Suatu hari kawan saya ini bilang mau keluar beli HP baru, merknya Samsung. Eh, ndilalah pas pulang yang dibeli malah jadinya merk OPPO. Saya tanya ke dia, 'Lho kamu tadi kasih tau mau beli Samsung, kenapa kok pas pulang malah bawa OPPO?' Kata temen saya tadi, 'Iya e... Habisnya tadi pas sampai di konter, saya tanya-tanya tuh tentang spek hape Samsung yang mau saya beli, terus sama petugasnya dikasih opsi merk OPPO yang speknya sama, cuma hargany

Jejak Rindu

Memposisikan diri sebagai bukan siapa-siapa, ternyata membuat hati jauh menjadi lebih lega. Kita terbebas dari jerat perasaan yang serba penuh terka. Dan sebakda itu, mari terus melangkah maju, menuju puncak fajar sang cakrawala! Serahkan apa-apa yang berada di luar batas pengetahuan kita, semata pada kebesaran kuasa-Nya sahaja. Dengan itulah kita bersandar diri, sekaligus mendoakan sebaik-baik harapan untuk masa yang akan datang. Selamat bergabung, Selamat menjadi bukan siapa-siapa, Selamat : Patah Hati. Para Perindu. ------------------- Indonesia, 12 Sya'ban 1441 Imajinasi Tanpa Batas

Cakrawala Rindu : Sketsa Delapan

Gambar
[Source : Here ] Bersamaku, mungkin engkau akan sekali-dua kali menyeka air mata. Bersedih. Sebab memang ya, aku bukan seorang sempurna di atas dunia. Aku tak pernah menjanjikan akan selamanya menghapus duka dari raut mukamu. Tidak. Sesekali mungkin kita akan bertengkar, mempeributkan beberapa hal dalam rumah tangga, atau bahkan saling mendiamkan satu sama lain. Tak mengapa. Sungguh. Menangislah ketika saat itu tiba. Pertanda bahwa kita masih seutuhnya manusia. Pertanda bahwa pernikahan kita ini memang dibangun di atas bukti-bukti perasaan cinta. Saling tertaut, bersama setangkup kepedulian untuk mencarikan kebaikan terhadap masing-masing dari kita. Tapi percayalah, sebakda tangismu itu, perkenankan aku untuk menjadi sosok pertama yang menghibur gundahmu, menghapuskan dukamu, lalu menghadirkan seutas senyum dan tawa renyah di rupa wajamu sebagaimana yang biasa adanya. Mungkin kita perlu jalan-jalan sejenak? Boleh! Sebutkan tujuanmu. Selagi kantong tak menjerit tercekik,