Cakrawala Rindu : Sketsa Delapan

[Source : Here]
Bersamaku, mungkin engkau akan sekali-dua kali menyeka air mata.

Bersedih. Sebab memang ya, aku bukan seorang sempurna di atas dunia. Aku tak pernah menjanjikan akan selamanya menghapus duka dari raut mukamu. Tidak. Sesekali mungkin kita akan bertengkar, mempeributkan beberapa hal dalam rumah tangga, atau bahkan saling mendiamkan satu sama lain.

Tak mengapa. Sungguh. Menangislah ketika saat itu tiba. Pertanda bahwa kita masih seutuhnya manusia. Pertanda bahwa pernikahan kita ini memang dibangun di atas bukti-bukti perasaan cinta. Saling tertaut, bersama setangkup kepedulian untuk mencarikan kebaikan terhadap masing-masing dari kita.

Tapi percayalah, sebakda tangismu itu, perkenankan aku untuk menjadi sosok pertama yang menghibur gundahmu, menghapuskan dukamu, lalu menghadirkan seutas senyum dan tawa renyah di rupa wajamu sebagaimana yang biasa adanya.

Mungkin kita perlu jalan-jalan sejenak? Boleh!

Sebutkan tujuanmu. Selagi kantong tak menjerit tercekik, mari kita pergi. Aku siap menjadi pemandu wisatamu. Pantai, gunung, lembah, hutan, bahkan padang pasir. Aku siap. Selama bersamamu, Kasih. Akan aku jadikan pengalaman melancongku sebagai jaminan kebahagiaanmu selama perjalanan keluarga ini. Sediakah?

Atau mungkin kita perlu barang sebentar mencicipi makanan lezat? Ayuk!

Menyantap cemilan memang terbukti dapat meringankan suasana suntuk. Atau mungkin engkau tertarik bersamaku duduk menikmati aneka hidangan di warung-warung tenda Ibukota? Menikmati kudapan rakyat apa adanya, lengkap dengan suara kendaraan yang berlalu lalang di depannya? Wahai, suatu kemewahan yang bahkan tak dapat disajikan seluruh hotel ternama, ya kan?

Apapun itu, berjanjilah Kasih, jika suatu hari nanti engkau bersedih dan meneteskan air mata, baik itu bersebab perbedaan pandangan di antara kita ataupun karena kondisi dunia yang sedang tak bersahabat, maka izinkan aku untuk menjadi yang pertama hadir menyeka wajahmu. Jangan bersedih terlampau lama. Sebab sedihmu nanti turut menjadi sembilu dalam ruang hatiku.

Engkau berhak berbahagia. Itu janjiku. Sebagaimana yang dahulu kuutarakan di hadapan Abah beserta Bundamu ketika meminang restu keduanya. Untuk itulah aku ada di sini, mengikat akad sehidup-semati bersamamu, ah iya kan?

Bersamaku, engkau mungkin akan menangis sekali-dua kali. Tapi tak mengapa. Karena untuk melihat indahnya pelangi, kita perlu deras kecamuk badai sang hujan bersama panas teriknya mentari.

Dan Kasih, engkaulah pelangiku tersebut.
Kini maupun nanti.

--------------

Ibukota,
7 Sya'ban 1441 H - 05.36
Semoga Semua Segera Berlalu.

Komentar