KEPING KEDUA PULUH : Tentang Niat, Tentang Karsa

[Source : Here]

Karsa adalah kekuatan jiwa yang membuat makhluk hidup bergejolak dalam lautan kehendak. Hasrat menggelegak yang mendobrak lalu merobohkan batas-batas semu yang menjadi tabir antara mimpi dan kenyataan. Karsa adalah tentang kemauan manusia. Tentang niat tak goyah yang lantas menghadirkan satu tanya nan dalam : “Patutkah dirimu?

o-●-o-●-o-●-o-●

Syahdan, dahulu terdapat seorang Ayah dan Anak yang hendak melakukan perjalanan ke kota lain. Maka untuk hajat yang demikian, dibelilah seekor keledai sebagai sarana transportasi bagi keduanya. Namun dikarenakan uang yang mereka miliki tak terlalu mencukupi, jadilah keduanya hanya mendapatkan seekor keledai kecil, kurus, lagi sakit-sakitan.

Perjalanan itu pun genap dimulai. Sang anak duduk menghela di atas pelana, sementara sang Ayah menuntun dari samping.

Tatkala singgah di satu desa, beredar kasak-kusuk yang sekilas ikut terdengar di telinga keduanya. “Aih, durhaka sekali anak itu. Dia asyik terduduk di atas tungangannya, sedangkan Ayahnya justru dia biarkan berjalan kaki di sampingnya…”

Selentingan yang seharusnya dibiarkan berlalu, namun apa daya, keburu menyusup dengan cepat dalam hati. Akhirnya kedua orang ini pun sepakat bertukar posisi. Sang Ayah ganti menjeplak di atas keledai, sedangkan sang anak kini yang menuntun di sebelah.

Keduanya kembali melanjutkan perjalanan. Akan tetapi ketika keduanya tiba di desa berikutnya, lagi-lagi entah dari mana terdengar bisik-bisik yang kurang mengenakkan. “Oi, betapa jahatnya laki-laki itu! Dia justru asyik menaiki keledai tersebut, sedangkan anaknya justru dibiarkan kepayahan berjalan kaki di belakangnya…! Orang tua tak tahu diri…!”

Selentingan yang lagi-lagi seharusnya dibiarkan berlalu, namun malah justru ditanggapi tuk kali kedua. Kini Ayah dan Anak sama-sama menaiki keledai tersebut, lalu perlahan  beranjak melanjutkan perjalanan mereka.

Di desa selanjutnya, sebagaimana yang dapat kita tebak, lagi-lagi terdengar ujaran miring kepada keduanya. Kali ini beberapa penduduk sibuk bergosip, “Aduhai, malang sekali nasib keledai itu! Sudah kurus, lemah, sakit-sakitan, namun masih begitu tega untuk ditunggangi berdua. Tak punyakah mereka rasa kasih sayang terhadap binatang?”

Aduh, lihatlah. Urusan yang sangat sederhana ini justru malah kian bertambah pelik. Untuk menyanggah asumsi mereka, kali ini sang ayah dan anak sepakat agar tak satupun diantara mereka yang menaiki hewan tersebut. Keduanya kompak beriringan berjalan kaki di samping keledai mereka di sisa perjalanan berikutnya

Namun lagi-lagi, di persinggahan berikutnya, orang-orang tetap berkata sinis ketika melihat keduanya. Kali ini tak sedikit di antara mereka yang berujar sembari  tertawa pelan mengejek, “Oalah, pandir sekali kedua orang itu! Mereka punya keledai, tapi tak satupun dari mereka yang menaikinya! Lantas buat apa mereka membelinya, kan? Hahahaha…..”

Mendengar itu, Ayah dan Anak tadi sama-sama bergelut dalam kebingungan. Semua usaha sudah dicoba, namun di tiap desa yang disinggahi, selalu saja tindak-tanduk keduanya dianggap salah oleh mereka yang melihat. Lantas, apa yang harus mereka lakukan kali ini?

Ah ya. Akhirnya, justru sang Ayah-lah yang ganti MENGGENDONG keledai di pundaknya.

Dan coba tebak bagaimana respon orang-orang ketika melihat itu semua. Gempar penuh girang! Lebih heboh daripada sebelumnya. Bahkan kini mereka tak lagi sungkan menampakkan tawa yang sedari tadi disembunyikan di belakang. “Hahahaha…..Dasar gila! Bodoh sekali! Keledai mereka bukannya ditunggangi, tapi malah justru digendong!”

o-●-o-●-o-●-o-●

Cerita itu usai. Lucu, menghibur, namun di saat bersamaan juga sarat akan makna kehidupan.

Bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, apapun yang kita lakukan, selalu akan ada terdengar beberapa selentingan miring dari orang-orang di sekitar. Akan selalu ada beberapa pihak yang bersikap nyinyir, tak suka, atau bahkan menebar fitnah beserta gosip di belakang.

Hari ini kita bersedekah 100 juta, beberapa orang mungkin akan berkasak-kusuk bahwa kita sedang riya, pamer kekayan’. Esoknya kita sekedar berinfaq 5 ribu rupiah, satu-dua manusia akan mulai berbisik-bisik bahwa kita adalah seorang yang pelit. Pun bila esok lusa kita sama sekali tak melakukan apapun, diam tak bersedekah sedikitpun, beberapa orang akan tetap mencari argumen, berdalih, mengarang-ngarang alasan untuk mengomentari sikap kita. Bukankah begitu yang terjadi?

Cukup lumrah. Dan oleh sebab itulah seharusnya dibiarkan berlalu begitu saja bersama hembusan angin.

Karena ini tentang niat, tentang karsa. Kemauan tekad yang sekokoh karang di laut, tak akah goyah sekalipun dihempas buih-buih ombak omongan sesama makhluk. Tidak. Dia akan tetap tegak, menjulang begitu perkasa, yakin sepenuh yakin dengan sikap serta keputusan yang diambil. Selama itu mendekatkan dia pada titik yang menjadi tujuan hidupnya, sembari tetap menyusuri ridho Ilahi, perduli amat dengan gurau bisikan penduduk bumi!

Inilah Tsabat. Tentang niat. Tentang karsa.

Karena sepenuhnya niatan mereka bersandar pada Dzat Yang Maha Perkasa. Maka kemudian, kemauan mereka tegak berdiri di atas puncak tawakkal tertinggi di seluruh semesta; tawakkal pada-Nya semata. Terhadap seluruh caci-maki, komentar miring, maupun selentingan pihak-pihak yang tak menyukai, semua itu tak lagi menimbulkan ragu beserta takut di hati. Persis sebagaimana yang Allah gambarkan pada Surat Al Maidah ayat 54, “..suatu kaum yang lemah lembut terhadap sesama, bersikap keras terhadap musuh-musuh agama, dan tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela..

Maka jadilah seperti mereka. Atau sekurang-kurangnya, berdirilah di pihak mereka. Jangan sampai ketika orang-orang seperti mereka hadir di tengah-tengah kita, justru kitalah yang bergegas berlari ke belakang dan mulai berkasak-kusuk membicarakan beragam gosip yang tak benar. Lantas, apa beda kita dengan para penduduk dalam cerita di atas? Sama buruknya, bukan?

Wallahu ‘Alam bis Showab. 

Komentar

  1. Salah satu cerita yang sering aku ulang, untuk reminder👌

    BalasHapus
  2. Betul, kalau ibu saya bilang "ga akan maju² kalau terlalu sibuk dengan cibiran orang lain"

    BalasHapus
  3. oh jdi intinya jgn terlalu memikirkan prkataan org

    BalasHapus
  4. cerita yang sering didengar tapi tidak pernah bikin bosan. contoh nyata warga kepo dari jamam dulu memang sudah ada.

    BalasHapus
  5. Cerita nasihat luqman kpd anak nya❤️

    BalasHapus

Posting Komentar