O-Ojek Online
Di Jakarta, serunya menggunakan ojek online bukan hanya
karena harganya yang begitu bersahabat dengan kantong kita. Namun juga ada pada
cerita serba nano-nano dari tiap driver yang kita temui. Setiap mereka punya
cerita masing-masing. 50 driver kita temui hari itu, maka di hari itu pula kita
kita akan mendengar 50 kesan yang berbeda satu sama lain.
Di waktu pagi bisa ketawa sembari meringis. Eh, di waktu sore gantian dengan cerita miris. Hari ini berbagi kesan paling seru, lain waktu gantian tertegun mengharu biru.
Dalam pelbagai percakapan yang berulang kali terjadi, saya selalu mengenalkan diri sebagai pendatang dari luar Jakarta. Mungkin karena itu, cerita yang paling banyak saya dengar rata-rata hanya seputar ruwetnya Jakarta atau manis-pahit menjadi driver ojek online. Tapi terkadang, jika sedang beruntung, percakapan tak sengaja di atas kendaraan tadi bisa meluas begitu jauh hingga membahas urusan politik pilkada 2018 (serius, suatu ketika saya pernah ditodong seputar jagoan Pilgub Jabar 2018), reklamasi Teluk Jakarta, pro-kontra kebijakan pemerintah, kisah pilu perjuangan keluarga mereka, hingga cerita-cerita unik lain yang hanya akan Anda temukan dalam buku bernama kehidupan nyata itu sendiri.
Cerita-cerita itulah yang kemudian membuat perjalanan kita semakin bermakna. Cerita yang kemudian membuat macet tak lagi menjadi keluh kesah, cerita yang dapat menjadi tamsil bagi kita di masa-masa mendatang, juga cerita yang seringkali justru malah mengetuk hati kita untuk memperbanyak rasa syukur karena hidup lebih mujur.
Ah, itu yang membuat saya ketagihan (baca : candu) menggunakan fasilitas ojek online. Apalagi di kota yang semrawut-nya minta ampun seperti Jakarta saat ini.
Untuk itulah, di balik seluruh pro-kontra aturan yang menjadi dasar legitimasi nya, saya pribadi tetap mendukung keberadaan Ojek Online. Ada lebih banyak manfaat di sana. Membuka mata pencaharian bagi masyarakat setempat, menjadi opsi pilihan ketika butuh mobilisasi yang segera, solusi bagi daerah permukiman yang terpencil dan tak tersentuh transportasi umum, dan yang paling penting, untuk beragam manfaat di atas, semuanya tetap terjangkau bagi ukuran dompet rakyat jelata seperti saya. Hehehehe.....
Meski begitu, di sisi lain saya sependapat juga dengan keinginan pemerintah untuk memperbaharui aturan main bagi driver Ojek Online. Tidak masalah kok, selama bertujuan untuk mencari kebaikan, menemukan jalan tengah, dan bukan justru memojokkan satu pihak tertentu. Agar semua pihak tetap merasa adil dan diperhatikan. Win-win solution. Kita juga yang bakal merasa senang kalau semua orang yang bekerja di bidang pelayanan transportasi dapat bersinergi satu sama lain, tanpa perlu saling sikut demi semata urusan perut. Ya kan?
Ah, apapun itu, bagi saya yang seorang rakyat jelata ini, semua yang di atas boleh-boleh aja, kok. Asal tetap murah meriah, setidaknya bagi kami para pelancong berbujet tipis.
--------------
Di waktu pagi bisa ketawa sembari meringis. Eh, di waktu sore gantian dengan cerita miris. Hari ini berbagi kesan paling seru, lain waktu gantian tertegun mengharu biru.
Dalam pelbagai percakapan yang berulang kali terjadi, saya selalu mengenalkan diri sebagai pendatang dari luar Jakarta. Mungkin karena itu, cerita yang paling banyak saya dengar rata-rata hanya seputar ruwetnya Jakarta atau manis-pahit menjadi driver ojek online. Tapi terkadang, jika sedang beruntung, percakapan tak sengaja di atas kendaraan tadi bisa meluas begitu jauh hingga membahas urusan politik pilkada 2018 (serius, suatu ketika saya pernah ditodong seputar jagoan Pilgub Jabar 2018), reklamasi Teluk Jakarta, pro-kontra kebijakan pemerintah, kisah pilu perjuangan keluarga mereka, hingga cerita-cerita unik lain yang hanya akan Anda temukan dalam buku bernama kehidupan nyata itu sendiri.
Cerita-cerita itulah yang kemudian membuat perjalanan kita semakin bermakna. Cerita yang kemudian membuat macet tak lagi menjadi keluh kesah, cerita yang dapat menjadi tamsil bagi kita di masa-masa mendatang, juga cerita yang seringkali justru malah mengetuk hati kita untuk memperbanyak rasa syukur karena hidup lebih mujur.
Ah, itu yang membuat saya ketagihan (baca : candu) menggunakan fasilitas ojek online. Apalagi di kota yang semrawut-nya minta ampun seperti Jakarta saat ini.
Untuk itulah, di balik seluruh pro-kontra aturan yang menjadi dasar legitimasi nya, saya pribadi tetap mendukung keberadaan Ojek Online. Ada lebih banyak manfaat di sana. Membuka mata pencaharian bagi masyarakat setempat, menjadi opsi pilihan ketika butuh mobilisasi yang segera, solusi bagi daerah permukiman yang terpencil dan tak tersentuh transportasi umum, dan yang paling penting, untuk beragam manfaat di atas, semuanya tetap terjangkau bagi ukuran dompet rakyat jelata seperti saya. Hehehehe.....
Meski begitu, di sisi lain saya sependapat juga dengan keinginan pemerintah untuk memperbaharui aturan main bagi driver Ojek Online. Tidak masalah kok, selama bertujuan untuk mencari kebaikan, menemukan jalan tengah, dan bukan justru memojokkan satu pihak tertentu. Agar semua pihak tetap merasa adil dan diperhatikan. Win-win solution. Kita juga yang bakal merasa senang kalau semua orang yang bekerja di bidang pelayanan transportasi dapat bersinergi satu sama lain, tanpa perlu saling sikut demi semata urusan perut. Ya kan?
Ah, apapun itu, bagi saya yang seorang rakyat jelata ini, semua yang di atas boleh-boleh aja, kok. Asal tetap murah meriah, setidaknya bagi kami para pelancong berbujet tipis.
--------------
InFrame : Belajar berkuda di K3 Stable Klaten, di bawah arahan @adiyat_aditya, sahabat kami yang sudah menjadi master di dunia horsery. Banyak event-event terkait yang sudah beliau ikuti, pun ada lebih banyak stable yang telah beliau sambangi, baik untuk belajar ataupun sekedar membangun jaringan.Dari Malaysia dan Singapura, hingga ujung pelosok Magetan di Puncak Gunung Lawu. Alhamdulillah, saya bermimpi, ah tidak lebih tepatnya berangan, agar suatu hari nanti muncul aplikasi online untuk berkuda, untuk berlatih juga berwisata. Tinggal pencet di layar hape, dateng deh kuda sama semua peralatannya. Syukur-syukur malah bisa menjadi moda transportasi seperti Ojek Online saat ini. Hehehe...
--------------
Maret 2018
Tulisan yang sudah sangat lama sekali. Namun penting bagi saya
untuk tetap mengarsipkannya dengan rapi dalam lembaran virtual di sini, agar
sekalipun waktu terus berjalan maju, namun kenangan manis tentang hal tersebut
dapat tetap terngiang bersama dalam ingatan kami, para pelaku sejarah itu
sendiri.
Komentar
Posting Komentar