H-Halo Dunia Kampus

[Dok. Pribadi]

Semester ini, saya memutuskan untuk kembali ke bangku sekolah. Menjadi mahasiswa, menghanyutkan diri mencari pengalaman terbaik dari perspektif sudut pandang seorang pelajar. Syukur-syukur, dari situ nanti, saya dapat meramu dan meracik metode baru untuk mengupgrade dan mengupdate cara mengajar saya. Hehehe….

Untuk menyeimbangkan kewajiban saya di sekolah tapal batas negeri Maninjau, saya sengaja memilih kuliah di akhir pekan. Setiap weekend, jadilah saya me-‘rajin’-kan diri berangkat pagi buta untuk mengejar absensi dan mata kuliah. Menghabiskan 2 jam perjalanan di atas motor matic tua sembari menempuh jarak 63 km (bolak-balik 2 hari total 200 km). Rasanya luar biasa. Luar biasa borosnya, luar biasa lelahnya, luar biasa pula  serunya. Hehehe…..

Tapi tak mengapa. Saya tetap happy. Karena ini konsekuensi dari keputusan yang saya ambil. Yaitu ketika usia, keluarga, dan dunia tempat tinggal hari ini terlanjur menuntut untuk segera memiliki gelar di belakang nama, namun di sisi lain saya nya sudah terlanjur jatuh cinta dengan kehidupan ‘ajaib’ di pesantren Maninjau. Maka kuliah akhir pekan adalah solusi terbaik. Win win solution. Senin hingga Jum’at sore ‘belajar’ di kampus kehidupan, Sabtu dan Ahad saya belajar di kelas kampus sesungguhnya. Apakah terasa berat? Hohoho….Mengutip motivasi dari bos serta sahabat saya, @farisizzud, mana ada kehidupan kampus yang mudah bin gampang, bukan?

Namun meski demikian, saya tetap belajar banyak hal baru di sini.

Saya belajar tentang kesempatan kedua. Ketika melihat kawan-kawan sekelas yang datang dari beragam kalangan usia, bahkan sepertiga dari populasi kami berusia di atas 30 tahun, saya kian menyadari betapa berharganya setiap kesempatan yang pernah kita miliki. Beberapa dari mereka datang ke kampus karena tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama di kampus sebelumnya. Beberapa yang lain berangkat dari penyesalan di masa lalu, sembari menyadar bahwa dunia kerja mereka hari ini menuntut adanya gelar di belakang nama. Ada juga yang seperti saya, mencari kesempatan belajar di tengah kesibukan bekerja. Apapun itu, saya tetap angkat topi dengan mereka semua. Respek, karena meski terlambat, mereka semua tetap berusaha untuk kembali dan menjadi lebih baik.

Saya juga belajar tentang sistem pengajaran yang lebih baik. Metode diskusi, presentasi, pembelajaran mandiri, adalah beberapa hal yang jarang saya temui di dunia pesantren hari ini. Memang ada, namun tidak terlalu banyak. Kelas-kelas pesantren kita hari ini kebanyakan masih didominasi supremasi sang guru, lewat ceramah berketerusan tanpa lebih aktif melibatkan para murid. Padahal, metode-metode seperti diskusi dan presentasi sangatlah penting agar mampu melatih mereka untuk berani mengeluarkan berpendapat, berani berbicara di depan khalayak, dan berani untuk menerima saran serta kritik dari para pendengar. Ini satu dari sedikit kekurangan di Kampung 2 Menara yang kini ingin saya perbaiki di sini.

Dan terakhir, kehidupan baru di kampus ini juga mengajari saya tentang tata kelola yang sehat. Tata kelola keuangan, organisasi, basis massa, dsb. Cukup wajar, mengingat jurusan yang saya masuki memang Manajemen, sih. Namun semenjak kuliah, rutinitas harian saya lebih tertata,  mengejar deadline demi deadline yang menjadi tugas di pesantren, sekaligus meminimalisir malam-malam menganggur yang dulu banyak mengisi hari-hari saya di tanah rantau. Hehehe….

Pada akhirnya, saya memang mengakui bahwa ini bukan jurusan favorit yang saya impikan di masa putih abu-abu dulu. Tapi setidaknya di sini saya dapat menambah skil-skill baru yang mana tahu suatu hari nanti bakal bermanfaat dalam perjalanan takdir saya. Ibarat prajurit, saat ini saya sedang mengasah senjata kedua, ketiga, keempat, yang akan siap saya gunakan sewaktu-waktu apabila saya mentok menemui kesulitan dengan senjata utama saya. Sekaligus belajar beragam opsi tambahan, agar kelak dapat memperluas sudut pandang saya dalam pengambilan keputusan. Karena semakin banyak kita belajar, semakin dalam pengetahuan kita terhadap dunia ini, bukan?

Ahlan, Dunia Kampus. Medan pertempuran baru berupa arena heterogen tempat kita menantang diri kita sendiri untuk menyeru orang lain pada kebaikan. Semoga, dari sini nanti, satu dua perbuatan kecil kita bisa meresap ke relung terdalam orang-orang di sekitar, membawa pada kebaikan dan menjadi rantai pahala tak berkesudah. Semoga. Allahumma Amin.


-----------------

InFrame : Menikmati sejenak sore luang di Pantai Gandoria, Pariaman sebelum perjalanan pulang ke asrama. Sejuk, karena rupa-rupanya angin pantai serta debur ombak mampu merehatkan jiwa serta pikiran yang berkecamuk  pasca berpusing ria mendengar ceramah para dosen di kelas. Banzai! :D

-----------------

Maninjau dalam Gelap Mati Lampu (Lagi)
4 Safar 1439 H - 00.11

Komentar