Cakrawala Rindu : Sketsa Dua

[Source: Here]

-----------------

Aku memutuskan untuk pergi.

Pada akhirnya, aku yang terjungkal kalah ini memutuskan untuk menjauh, meninggalkan kota dimana aku dibesarkan, sembari menyembuhkan luka hati yang terlanjur menguar.

Beberapa kawan coba bertanya, "Kau punya keluarga yang hebat, bung. Bahkan terhitung berpengaruh di kota ini. Mengapa tak kau gunakan status mentereng tersebut di hadapan keluarganya?"

Cinta bukan perihal memaksa, kawan.  Cinta sepenuhnya adalah tentang ketulusan sebuah arti perasaan, saling rela bersanding menggenapi setiap keganjilan dunia.

Sahabat yang lain bertanya, "Mengapa tak kau katakan kepadanya, bahwa selama ini kaulah yang banyak membantu biaya sekolah adik-adiknya dari dulu hingga sekarang?"

Ah, kau lagi-lagi salah, sahabat. Cinta sejati tidak pernah bicara harga, tidak pernah berukur pamrih meminta tanda balas jasa. Cinta sejati adalah tentang keikhlasan, menerima apa adanya, bukan karena ada apanya.

"Lalu, kenapa tidak memulai dari awal lagi saja? Mengapa engkau tidak kunjung coba melamar wanita sholihah lain yang lebih baik dari dia, bung?" desak seorang teman tak sabaran.

Ah, itu dia. Engkau kali ini benar. Hanya saja diriku lah yang enggan untuk melakukannya. Aku belum siap seutuhnya untuk melepas pergi separuh hatiku, menyisakan aku dengan separuh lain yang remuk redam di dalam rongga dadaku.

Maka dari itu aku memutuskan untuk pergi sejenak. Ke tempat yang jauh. Menyendiri sekaligus menyepi. Mencari secercap damai yang dapat kusesap penuh nikmat, sembari menanti hari dimana luka ini mulai mengering, dan aku dapat kembali tegak berdiri meski dengan setengah hati yang tersisa.

Tak ada sesal. Tak ada dendam. Meski lamaranku ditolak ribuan kali pun, aku tetap tak akan pernah menyimpan benci dalam urusan ini.

Karena aku pernah jatuh cinta dengan sosok manis tersebut. Karena aku pernah menitip asa di hadapan langit untuknya, berharap bahwa dialah jodoh terbaik bagi dunia-akhiratku. Maka setelah sejauh ini, masa kan aku justru tega membenci dan menyalahkannya?

Ah, aku tersenyum tipis.

Bagiku urusan ini sederhana. Aku menang, maka engkau segera kupinang. Aku kalah, maka aku lah yang akan mundur melangkah. Meski terasa sesak, hidup harus terus berlanjut. Jika tidak di sini, semoga di tujuan nanti aku belajar arti merelakan dari sebuah cinta nan tulus.

AdiΓ³s, mi amor. Pesawatku sebentar lagi akan mengudara. Semoga engkau, juga aku, bahagia dimanapun kita berada.

-----------------

Warna baru tentang #AlfabetCinta,
Bersama mentari di ufuk langit.

Komentar

  1. Weee ooooo weeee πŸ‘πŸ‘πŸ‘

    BalasHapus
  2. Ini curhatan?
    Jika iya move on Bung, Kolonel Sanders saja pernah ditolak 1009 kali masih bisa bangkit, Semangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan kak... Ini sekadar fiksi romantika hasil imajinasi saya... Untuk melihat sisi-sisi lain tentang Cinta..hehe

      Hapus
    2. Wih keren imajinasi bisa sampek begitu ya

      Hapus
  3. Suka sekali ka, 😊
    Knp cinta selalu menjadi masalah yang tidak bosan utk di bahas?

    BalasHapus
  4. Bagaimana jika tidak meninggalkan kota dimana q dibesarkan, tapi ingin menyembuhkan luka hati yang terlanjur menguar? Yah, terkurung dalam sangkar. Wkwkwk

    BalasHapus
  5. Obrolan cinta emang tiada akhirnya... mantullll πŸ‘πŸ‘πŸ‘

    BalasHapus
  6. Teruslah berdoa, jika memang jodohnya. Suatu hari jika doamu dan takdir-Nya sama maka semua kan jadi nyata

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin... Tapi ebenarnya, ini cuma rekaan fiksi doang kak... Hehehe...

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BATAVIA’s DIARY : Ramadhan Ibukota

Mengenal Bang Zen, Sohib Aliyah di ODOP Batch 7

BATAVIA’s DIARY : Dari Pinggir Jendela

KEPING KEDUA PULUH : Tentang Niat, Tentang Karsa