F-Falsafah Hidup
[Source : Here] |
Sufyan At Tsauri, suatu ketika ditanya, "Mana yang lebih utama, wahai guru, seorang DHUAFA yang ber-SABAR, atau seorang KAYA yang ber-SYUKUR?"
Beliau menjawab, "Keduanya SAMA mulia di sisi Allah, karena di Surat Shad, Allah Subhanahu wa Ta'ala sama-sama memuji Nabi Sulaiman dan Nabi Ayyub dengan gelar : "ni'mal 'abdu, innahu tawwab (dia adalah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat kepada Allah)"
Dan ya, memang demikian adanya. Di ayat ke-30, Allah menyebut Nabi Sulaiman dengan gelar seperti itu, karena dengan kekayaan yang beliau miliki, beliau justru kian tunduk, takut, serta penuh syukur kepada Sang Maha Pencipta. Beliau paham, bahwa seluruh harta dan kuasa kerajaan yang ada, datangnya tiada lain dan tiada bukan dari Allah semata. Inna hadza min fadli Rabbi, semua ini semata karunia dari Rabb-ku...
Di ayat 44, ganti Nabi Ayyub yang disebut demikian. Allah puji beliau, bersebab dalam seluruh ketidakberdayaan beliau ketika mengarungi ujian penyakit selama 18 tahun, kehilangan seluruh harta dunia serta anak kerabat, justru kian mantap bertambah rasa sabar beliau terhadap apa-apa yang dihadapi dan dipunyai. Tiada kenal kata keluh, atau putus asa.
Maka dari sini kita belajar, bahwa yang terpenting dalam hidup ini bukanlah tentang kaya atau miskin, berpunya maupun tak berpunya. Namun di balik itu semua, SIKAP kitalah yang seharusnya menjadi perhatian utama, bagaimana kita merespon dan menyikapi kondisi yang kita miliki.
Nabi Sulaiman dipuji karena sikap beliau yang justru kian tersungkur bersyukur saat dunia berada dalam genggaman. Pun Nabi Ayyub yang ketika seluruh nestapa menghadang, justru kian tebal sikap sabar dan berserah beliau kepada-Nya.
Semoga kita tidak terjebak ujar-ujar yang mengatakan harta dan tahta adalah segalanya. Toh, harta kekayaan yang dimiliki Qarun justru malah mendekatkan dia pada kehancuran. Dan toh, tahta yang Fir'aun punyai justru kian malah menjauhkan dia dari hidayah Allah. Ingat, dunia hanya sementara, sedang akhirat tempat kita berpulang sesungguhnya.
----------------
Terinpirasi dari catatan penuh hikmah karangan Ust. Salim A. Fillah : "Menyimak Kicau, Merajut Makna".
jazakalloh khoir Stadz. hehe
BalasHapusBener. menurut filsafah jawa, hidup itu seperti mampir min kopi. Sebentar aja.
BalasHapusNasihat yang sampai ke hati
BalasHapusterima kasih nasihatnya
BalasHapusSangat bermanfaat, Kak .
BalasHapusJazakallahu khoir, dunia memang sementara jangan sampai kita terjebak dan terlena didalamnya. karena semua hanya titipan yang pasti akan dimintai pertanggung jawabannya
BalasHapusBermanfaat kak
BalasHapusNice 😊
BalasHapusBermanfaat kak.
BalasHapusHarta memang bukan segalanya, tapi bagaimana cara kita menyikapi apa2 yang Allah titipkan sesuai tuntunan syari'at.