Tentang Menulis

[Source: Here]

Menulis adalah sebentuk ikhtiar kemerdekaan. 

Untuk meng-ada-kan sesuatu yang mulanya tidak ada. 
Untuk mencipta-nyatakan segala yang awalnya berwujud gagasan menjadi sebentuk bacaan. 
Untuk menelusuri sepanjang jalan ketidaktahuan hingga tuntas tiba di penghujung noktah penanda akhir simpul pembelajaran.  

Menulis adalah tentang keberanian. 
Untuk bebas bersuara dan mengabadikan karya pikiran. 
Lalu siapkah?

------------------

Jika diminta memilih apakah akan menulis fiksi atau non-fiksi, saya jelas akan tetap memilih dua-duanya. Alasannya sederhana. Saya hanya ingin berkarya dengan bebas. Menghadirkan cerita-cerita terbaik dari belahan penjuru dunia, agar semoga dapat meninggalkan jejak di hati para pembaca. Menyajikan batas-batas imajinasi agar semoga dengannya dapat menginisiasi satu-dua kebermanfaatan bagi kita bersama.


Menulis non-fiksi tentu amat menjanjikan. Dalam dunia akademik, kemampuan menulis aneka ragam tulisan tersebut jelas amat dibutuhkan. Dengan berbicara melalui esai, jurnal, maupun makalah, kita dapat mengenalkan siapa diri kita di hadapan seluruh dunia. Membawa gagasan-gagasan yang kita yakini kebenarannya untuk kemudian diwujudkan dalam skala yang lebih besar dari sekadar tulisan itu sendiri. Kurang hebat apa, coba ya kan?


Menulis fiksi pun sama menariknya. Kita dapat mereka kejadian yang sekadar di awang impian, menjadi sebentuk bacaan yang seakan nyata terjadi di hadapan. Bila ditulis dengan sepenuh hati, kumpulan kata-kata yang ditulis tersebut akan menjadi selaksa paragraf yang renyah untuk dinikmati dimanapun dan kapanpun. Kita dapat mengajak pembaca untuk turut tenggelam dalam arus perasaan yang ingin dikemukakan. Membawa mereka untuk tersenyum manis sendiri, menahan tawa yang hampir lepas, atau bahkan mengharu-biru menghayati sendu yang mengiris sembilu. Itu menakjubkan. Abadi bersama waktu dalam kenang ingatan manusia sepanjang gelaran zaman. Adakah yang tidak tergoda?


Akan tetapi, sekalipun demikian, saya tetap akan bertahan pada jawaban semula. Saya akan menulis baik fiksi maupun non-fiksi. Karena menulis adalah tentang arti kemerdekaan, setidaknya bagi seorang saya pribadi.


Lagi pula, penulis pada akhirnya hanyalah manusia biasa yang berjalan di atas kesunyian, sembari terus melawan kebosanan dan ke-mandek-an ide. Maka adakah yang lebih baik daripada sekadar menjadi seorang penulis yang merdeka lagi bebas hingga penghujung akhir hayat?

---------------

Ibukota Lama
11.20 - 22 September 2019
Selamat Terus Menulis, boi

Komentar

  1. setuju banget. bak bisa milih dan gak harus milih. bentuk merdeka yang utuh.

    BalasHapus
  2. Setuju banget sama tulisannya. Menulis keduanyaa, selama idenya dapet, ga masalah...

    BalasHapus
  3. Karena menulis adalah, tentang kemardekaan. Suai kak..

    BalasHapus
  4. Menulis memang sarana yg baik Y hihi

    BalasHapus
  5. Keren quote nya nih "menulis adalah tentang arti kemerdekaan" 👍

    BalasHapus
  6. Menulis dengan merdeka, merayakan apa saja bersama kata-kata...👍

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BATAVIA’s DIARY : Ramadhan Ibukota

Mengenal Bang Zen, Sohib Aliyah di ODOP Batch 7

BATAVIA’s DIARY : Dari Pinggir Jendela

KEPING KEDUA PULUH : Tentang Niat, Tentang Karsa