Jurnal Syukur : Preambule


[Source : Here]


Suatu ketika, waktu bertanya kepadaku, bagaimanakah engkau akan mengingatnya nanti kala kenangan telah memudar dan usia genap habis berpendar?


Aku sejenak berpikir. Lalu disinilah kata-kata kemudian berkumpul dan berserak rapi. Agar pertemuan yang sempat terjadi tak lantas hilang bersama angan ingatan. Tentang kita, aku lalu engkau.


Jurnal Syukur ini ada dan tertulis bersamaku, dengan harapan agar kita yang bertemu baik-baik, semoga jua dapat berpisah dengan sama baiknya. Meski takdir boleh jadi belum tersingkap sepenuhnya, namun inginku hanya sekedar jangan sampai ada sembab yang terjerambab dalam jeda singkat di antara kita.


Kata seorang kawan, coba syukuri seluruh laksa perjalanan yang telah terjadi, semoga ada kedamaian dan penerimaan di dalamnya.


Baiklah, dan karena itulah jurnal ini ada di hadapan engkau kini. Sebagai salah satu noktah penghujung ikhtiar, dari perjalanan seorang pengembara ketika memperjuangkan rasa yang sempat menghampiri.  Sebab sejauh apapun hati melangkah pergi, bila tak kunjung dimaknai dengan beragam kisah kebaikan, bukankah jadinya tak jauh berbeda dari selayak debu yang hinggap di akhir jejak? 


Tentang kita, terima kasih telah berkenan hadir. Untuk setiap arti cerita. Meski selintas hitungan hari, bagaimapun jua, itu akan selalu penuh arti -karena ya, itu semua memang sepenuhnya tentang cinta. Dariku, untukmu, suatu ketika.


----------------


Ibukota Lama, 
25 Juni 2020 - 14.33
Semilir Rindang Angin

Komentar