CATATAN GURU RANTAU: Tentang Visi-Misi


-----------------

Sebagai pengajar, membiasakan anak-anak untuk bervisi-misi besar adalah suatu keharusan.


Di Kampung 2 Menara, tempat kami belajar semasa Aliyah, Kyai kami setiap kali mengisi materi sebakda sholat, selalu berujung menenankan kami untuk terus berkarya, menebar manfaat, maju menyebar ke seluruh dunia. Kalimat yang paling sering beliau ulang ketika itu kurang lebih seperti ini, "Alumni Kampung 2 Menara harus menyebar ke seluruh dunia. Belajar ke Timur Tengah. Dakwah di Eropa. Berjalan ke Amerika. Kembangkan sayap disana. Kalau perlu, sekalian nikah dengan orang sana. Kampung 2 Menara untuk 5 Benua.


Itu luar biasa. 


Mengapa Laskar Pelangi bisa sampai booming ke seantero negeri? Karena mereka menjual mimpi-mimpi kehidupan. Bahwa sepelik apapun kehidupan di pelosok Nusantara, anak-anak disana tetap berhak menatap langit menggantungkan mimpi-mimpi mereka di ujung angkasa. Itu yang dirindukan generasi negeri kita hari ini.


Mereka yang sedari dini terbiasa hidup dalam gagasan besar, tumbuh berdewasa di lingkungan serba visioner, akan mampu tahan banting ketika dihadapkan dengan rencana-rencana luar biasa dalam kehidupan mereka di masa yang akan datang. Mereka tidak akan panik. Tidak akan demam panggung. Tidak akan gagap beradaptasi. Karena mereka telah biasa menghadapi itu semua ketika masih belia. 


Kebiasaan tersebut juga yang kemudian akan memudahkan mereka dalam merumuskan solusi di tengah era disrupsi, membantu mereka lebih cepat dalam menemukan siapa sesungguhnya jati diri mereka, serta peranan apa yang akan mereka mainkan ke depannya. Tanpa keberanian bervisi-misi, bagaimana perubahan akan terjadi? Dan tanpa dibiasakan, bagaimana seseorang bisa berani bervisi-misi, ya kan?


Visi-Misi ini yang belum pernah kita dapatkan di dalam kurikulum kelas kita hari ini. Buku-buku teks yang diajarkan baru sekedar membantu anak-anak untuk paham dan lulus ketika melangsungkan ujian. Akan tetapi, untuk membiasakan visi-misi yang 'out of the box', diperlukan keberanian seorang pengajar untuk keluar dari zona nyamannya. 


Tidak lagi hanya cukup berdiri di depan kelas dan berbalik keluar ketika bel pertanda pelajaran habis berbunyi, namun juga harus membersamai setiap tumbuh kembang murid-muridnya, menyelami ragam ketakutan yang mengerdilkan mereka dalam benaknya, dan lalu membawa mereka untuk melihat cakrawala dunia yang lebih luas dengan pelbagai problematikanya.


Pengajar-pengajar seperti itulah yang kini telah langka di negeri kita. Pengajar yang kalau di Laskar Pelangi seperti Bu Mus. Pengajar yang berani mengajak bermimpi, berani berbicara gagasan-gagasan besar, dan berani mengangkasakan murid-muridnya untuk jauh membaca arus perubahan zaman di masa-masa mendatang.


Untuk itulah kita ada bersama dalam secarik tulisan ini. Menjadi sebaik-baik pengajar lalu menjadi sebaik-baik manusia. Ah, ya kan?


--------------

Tanjung Barat
23 Rajab 1441 H
Nyambi Reuni Angkatan se-Dunia

Komentar