MAKANAN : Bakso dan Kita Manusia



Cerita kita hari ini datang dari semangkuk lezat hidangan bakso.


Tentang bakso, pernah berpikir mengapa cita rasa dari tiap bakso bisa begitu berbeda satu sama lain? Sama-sama semangkuk bakso, mengapa bakso dari warung disana bisa begitu menggigit, sedangkan bakso satunya terasa sedikit lebih asin?


Mungkin ada banyak jawaban. Namun disini, melalui tulisan singkat hari ini, mari coba kita telusuri beberapa jawaban yang kiranya dapat membantu kita memahami lebih jauh perihal kehidupan kita sebagai seorang manusia.


Jadi, mengapa tiap-tiap bakso bisa begitu berbeda cita rasanya satu sama lain?


Well, boleh jadi karena memang sedari awal ada perbedaan mendasar dari kualitas bahannya masing-masing. Seyogianya, bahan yang berkualitas tinggi, tentu akan menghasilkan kelezatan yang lebih baik pula, ya kan?


Tapi itu bukan satu-satunya jawaban. Mungkin juga karena ada perbedaan pada resep, bumbu, dan metode memasaknya. Yang satu menggunakan beberapa bumbu khusus, sedangkan yang satunya tidak. Yang satu merebusnya selama sekian menit, sedangkan satunya menggunakan volume air rebusan yang lebih banyak.


Atau mungkin karena adanya perbedaan jam terbang dari sosok koki di balik hidangan semangkuk bakso tadi. Koki, atau tukang bakso, yang menghabiskan waktu lebih banyak di dapur untuk menyempurnakan kemampuannya, tentu lebih piawai dan lebih peka dalam menciptakan kelezatan rasa  daripada 'orang baru' yang baru sekedar berkecimpung di dapur selama beberapa saat. Itu wajar, mengingat pengalaman memang lebih menentukan ketimbang pengetahuan teori mendasar ketika berurusan dengan urusan teknis seperti memasak, ya kan? 


Lalu, sampai disini, apa korelasinya dengan kehidupan kita sebagai manusia itu sendiri?


Ah, ini baru menarik. 


Karena ternyata manusia pun sama halnya dengan bakso-bakso tadi. Kualitas bahan memang lumayan berpengaruh, akan tetapi bagaimana kita mengolah resep dan mengakumulasikan perjalanan sebagai seorang koki-lah yang paling menentukan kelezatan terbaik dari semangkuk bakso.


Sama persis dengan kita sebagai seorang manusia, boi. Bagaimana kita mengelola bakat dan passion kita untuk kemudian mempertajam kedua hal tersebut melalui beragam pengalaman sepanjang usia kehidupan. Itulah yang pada akhirnya nanti menentukan siapa diri kita, dan sejauh mana kita dapat melangkah menuju kesuksesan dunia akhirat.

Semua dari kita dianugerahi kelebihannya masing-masing. Yang kemudian membedakan ialah pengalaman-pengalaman hidup yang menempa kemajuan diri kita seiring bergeraknya waktu.

Terlahir dari keluarga yang terpandang dan berkualitas memang merupakan suatu kelebihan. Tapi itu bukan akhir cerita. Justru banyak kita temukan dalam sejarah peradaban manusia, mereka-mereka yang terlahir dalam keluarga bangsawan namun kemudian justru mengalami degradasi moral dan nilai dikarenakan tenggelam dalam kemewahan serta kenyamanan. Sebaliknya, tak jarang pula orang-orang biasa (a.k.a rakyat jelata) yang dikarenakan kerja keras dan kekayaan pengalaman mereka ternyata mampu membuktikan dirinya untuk berdiri di puncak kegemilangan suatu peradaban.


Kita adalah semangkuk bakso di hadapan khalayak masyarakat. Orang-orang bebas menilai kita dari perpektif seleranya masing-masing. Karena sama seperti bakso, mustahil memaksakan selera yang sama kepada semua orang. Akan selalu ada orang-orang yang tetap keukeh membenci dan tak sependapat dengan kita. Itu wajar. Namun percayalah, setiap warung bakso selalu mempunyai pelanggannya masing-masing. Sama halnya dengan kita semua, akan selalu ada orang-orang yang sedia percaya kepada kita, mendoakan kita dengan sepenuh cita, dan berharap kesuksesan terbaik untuk kita di masa yang akan datang.


Tentang bakso, ternyata ada banyak cerita menarik yang dapat kita sesapi bersama kelezatan rasanya. Kita seakan melihat cerminan diri kita sendiri, berpilin dalam semangkuk sajian, menanti-nanti apakah sesantap makanan ini akan dapat menghapuskan gejolak rasa lapar dan memberi kekuatan baru, ataukah hanya sekedar menghabiskan uang serta menyiakan usaha kita. Persis seperti kita, bukan, ketika berhadapan dengan pergolakan zaman hari ini? Ehe.


Selamat Makan. Semoga Kenyang! 

----------------


Illustrated by : @choding.ib


Hasta karya kece dari sejawat saya di FIM Jakarta, @choding.ib . Feel free buat temen-temen yang butuh jasa desain dan ilustrasi, bisa kontak ke dia ya....


---------------

Ibukota,
16 Dzulqoidah 1441 H - 20.36
Sesama Penggemar Bakso

Komentar