Q - Qaulan Layyinan

Source : Here


Kata-kata adalah sebentuk kekuatan. Mengubah hasrat tentang makna tujuan, menjadi setangkup perasaan yang diutarakan melalui ucapan lisan.


Maka katakanlah dengan penuh kelembutan!


Karena Qaulan Layyinan merupakan ikhtiar indah dari gelaran dakwah yang diajarkan Islam dalam Al Qur'an.


Qaulan Layyinan berarti untaian kata yang menyentuh hati, mengguncang perasaan, serta merangsang akal pikiran bagi segenap hadirin yang menyimak. 


Qaulan Layyinan adalah kata-kata lemah lembut yang menguar keluar dari ketulusan hati, dengan menyimpan harapan agar semoga yang mendengar dapat berkenan dan memenuhi seruan tersebut. 


Qaulan Layyinan merupakan metode komunikasi dari hati ke hati.


Dalam Al Qur'an, ungkapan "Qaulan Layyinan" muncul sekali dalam Surat Thaha ayat 44. Itu adalah rangkai-rangkaian cerita ketika seorang Musa 'alahissalam diutus langit menuju Fir'aun.

"Pergilah kamu berdua kepada Fir‘aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan kata-kata yang LEMAH LEMBUT, mudah-mudahan dia sadar atau takut..." 

(Thaha [20] : 43-44)


Duhai, ini hikmah yang menarik.


Terhadap Fir'aun, dedengkot yang genap melampaui batas dengan menyaru sebagai Tuhan segenap bangsa Mesir, seorang Musa 'alahissalam tetap diperintahkan untuk berkata lemah lembut padanya.


Ya, seorang Musa! Yang terkenal dengan perangai keras lagi tegas. Yang telah jelas memegang kedudukan sebagai sosok Nabi sekaligus Rasul Allah. Yang pula telah masyhur disebut sebagai bagian dari Ulul 'Azmi, kelompok elit utusan langit yang selama di dunia mendapat ujian terberat serta cobaan tersulit. 


Namun demikian pun, terhadap Fir'aun, beliau tetap disuruh berkata lemah lembut. Menyampaikan dakwah dengan ucapan santun lagi menyentuh. Agar semoga, dari untaian hikmah yang disampaikan, Fir'aun dapat tersadarkan dan merasa takut kepada Allah. Agar moganya dari kata-kata yang diserukan, Fir'aun dapat bergegas menyucikan dirinya dari segenap keburukan yang telah dilakukan.


Duhai, lalu bagaimanakah dengan kita hari ini? 


Bukankah diri kita, yang jelas-jelas tak memiliki kriteria sebaik Musa 'alahissalam, jauh lebih patut untuk berdakwah dengan "Qaulan Layyinan"?


Bukankah saudara-saudara kita yang terselip dalam khilaf maupun silap, juga sudah tentu tak seburuk Fir'aun? Bukankah orang-orang yang selama ini menjadi sasaran dakwah dan nasihat kita, juga sudah tentu tak sekejam Fir'aun? Mereka tidak menyembelih anak laki-laki. Merek tidak semena-mena memperbudak sesama manusia. Pun mereka juga tidak sampai latah mengaku sebagai sesembahan manusia selama di dunia. Bukankah itu artinya mereka jauh lebih layak untuk mendapatkan sebentuk seruan yang "Qaulan Layyinan"?


Begitulah. Dalam memperingatkan sesama, pula berlaku adab-adab mulia yang harus terus kita seksamai. Juga dalam menyeru dakwah, pun berlaku prinsip-prinsip kelembutan, mengajak melalui senarai hikmah dan mau'idzoh hasanah, maka itulah Qaulan Layyinan!


Ini penting, agar berlian bernama Islam tersebut dapat sempurna terlihat kualitas mahalnya, tanpa sedikitpun kehilangan nilai estetika seputar keindahannya. 


Dakwah dengan Qaulan Layyinan adalah koentji.


Wallahu 'alam bis Showab.

o-●-o-●-o-●-o-●

12 Ramadhan 1440
Masjid Jami' Al Malik Khalid
USM, Pearl of the Orient.



Komentar