CAKRAWALA RINDU : Sketsa Lima

[Source: Here]

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.

Lewat beberapa bait puisi romantis yang kubacakan di hadapanmu sebelum beranjak tidur, berdeklamasi ala orator-orator yang biasa menghiasi panggung Taman Ismail Marzuki. Sederhana, namun hatimu tetap akan berdebar penuh cinta, bukan?

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.

Lewat momen makan malam romantis yang penuh hangat lagi penuh kasih. Tak perlu jauh-jauh memesan tempat di restoran mahal nan mewah, cukup dengan setangkup menu masakanmu yang selalu membangkitkan selera. Dihidangkan bersama beberapa lilin yang menyala penuh temaram di atas meja makan dapur rumah kita, maka jadilah kita serasa berada di kafe termegah kota kita. Sederhana, lezat, murah meriah, dan yang terpenting mampu membuatmu tersenyum tulus, bukan?

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.

Lewat beberapa kencan sore yang singkat, namun berkesan begitu mendalam. Ada kita yang berjalan di atas trotoar kota kita, bersama beriringan menuju taman terbuka yang tak jauh dari kediaman kita. Duduk berdua di bangku yang kosong, menanti senja yang turun amat perlahan menuju peraduannya. Kemudian ada aku yang berbisik pelan tentang momen kecanggungan kita jelang Ijab Qabul dahulu. Saling tak mengenal satu sama lain, dan kemudian tiba-tiba dunia seakan berkonspirasi mempersatukan kita dalam satu mahligai. Sederhana, penuh kenangan, namun tetap terasa begitu menyenangkan, bukan?

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.

Lewat secangkir hangat teh yang kita nikmati di balkon belakang griya kita setiap paginya. Ah, aku ingat, kita berdua sama-sama tak suka kopi. Kita berdua penyuka teh. Bedanya, engkau lebih suka teh dengan tambahan 2 sendok gula, sedangkan aku hanya 1 sendok gula. Beda tipis, tapi itu tak pernah menghalangi kebiasaan kita di pagi hari, bukan? Kecuali bila memang teh dan gula kita sedang habis, sih…Hehehe…. Sederhana, ada banyak cerita yang dapat kita bagi bersama, dan tentu memberimu semangat lebih untuk menjalani hari, bukan?

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.

Memang akan ada satu-dua pertengkaran kecil di antara kita. Tapi aku percaya, dengan kesederhanaan, setiap masalah hanya akan membawa kita ke puncak yang lebih tinggi dari perjalanan cinta kita. Selayak tokoh-tokoh rekaan yang engkau hadirkan dalam beragam novel best seller-mu, bukankah mereka justru bertambah kian kuat sebakda menghadapi serangkaian kesulitan yang ada?

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.

Lewat solusi-solusi kebersamaan yang berkualitas, sekalipun tampak amat biasa di mata para sesama.Tanpa direcoki pelbagai kerumitan gonjang-ganjing dunia kita hari ini .Tanpa diimbuhi bumbu-bumbu emosi yang justru membuat kita saling tersakiti. Tanpa diselipi dusta serta iringan dalih, yang malah kian membuat kita merasa tambah berjauhan

Aku hanya ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan cara yang paling sederhana. Karena dulu, ketika meminangmu di hadapan kedua orang tuamu, aku hanya mantap berkata : Saya akan membahagiakan putri Anda, dengan ikrar sehidup-semati!

Bila bahagia selalu bermuara pada ihwal nan sederhana, tak cukupkah semua itu untuk kita berdua, Kasih?


o-●-o-●-o-●-o-●

Sendirian,
di Tanah Rantau Ibukota.


Komentar

  1. Mesti ini klepek-klepek, si Kasih😁😁😁

    BalasHapus
  2. Sederhana.. Di kotaku ada rumah makan sederhana namanya, enak.. Bisa dicoba bawa kekasihnya makan kesana kak hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwkw... Di Ibukota juga banyak kak... Warung Makan Sederhana yang tidak 'sederhana' untuk kantong mahasiswa perantau...

      Apa daya masih di level warteg pinggir kampus kak...wkwkw

      Hapus
  3. ajarin ngegombal dong bang. setiap tulisannya selalu menghanyutkan gitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi malu saya bang... Apa daya ngegombal kalau sampai sekarang masih nge-jomblo ...wkwkwkw

      Hapus
  4. Pulang ga sejati Ini hduuuh

    BalasHapus
  5. ya puisimu aku terima dengan sepaket cinta yang tak bisa diungkap oleh kata, tp sayang aku tak suka teh aku sukanya kopi pahit bersama lantunan musik

    BalasHapus
  6. Aaaaaa, entah knp kata-katanya sekeren ini. Sukak, sangat menancap ke hati
    Btw, aku juga ga suka Kopi. Karena ga boleh 😇

    BalasHapus
  7. Ya ampun kawan, bahasamu mampu luluh. Mantaaap

    BalasHapus
  8. Wihh puisi bercerita manis benr endingnya, ikut mengkhayal haha

    BalasHapus
  9. Ah...nggak mau komentar...mau senyum aja deh baca ini...berasa lagi baca mantra hehee

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

A-Ambisi

KEPING PERTAMA : Garis Nadir

KEPING KELIMA : Aroma Hujan

CERBUNG : Mimpi di Ujung Meja Hijau (Bagian 3)