M-Menelusuri Asal Muasal Nama Ibukota

[Source : Here]

Jakarta  adalah Jakarta. Namun jauh sebelum orang-orang mulai menyebut ‘Jakarta’ sebagai  nama daerah di bagian utara Pulau Jawa, telah terbentang lebih dahulu sejarah nan panjang di balik asal-muasal penamaan daerah tersebut. Di masa Kerajaan Sunda, tempat ini dikenal dengan sebutan Sunda Kelapa. Lalu menjadi Jayakarta sesudah keberhasilan Fatahillah bersama pasukan gabungan Demak-Banten dalam menghadang serangan Portugis pada abad ke-16.

Jayakarta, setelah itu mengalami beberapa perubahan transliterasi karena adanya perbedaan latar belakang dalam penulisannya. Orang Belanda menulis nama kota ini dengan “Jacatra, Jakatra, Iakarta. Demikian juga dengan bangsa Portugis yang menulis dengan ejaan yang berbeda seperti “Xacatara” dan sebagainya.  Hal yang lumrah sebenarnya, mengingat di masa tersebut, belum ada standarisasi baku dalam penulisan nama-nama tempat di Asia pada umumnya. Sehingga para pendatang biasanya menuliskan nama-nama tersebut sesuai dengan pelafalan bahasa mereka masing-masing. Lambat laun, menyesuaikan lidah orang-orang setempat, ejaan Jayakarta pun perlahan dipersingkat menjadi ‘Jakarta’ saja.

Pada masa pemerintahan kolonial, Belanda memberi sebutan baru untuk kota ini. Batavia, nama yang terinspirasi dari salah satu suku Jermanik yang bermukim di tepi Sungai Rhein pada masa Kekaisaran Romawi, dimana orang-orang Belanda merupakan salah satu keturunan mereka. Nama Batavia ada untuk mengenang mereka. Istilah Betawi sendiri, dari beberapa artikel yang saya temukan, sejatinya berasal dari kata Batavia itu sendiri. Betawi merupakan cara pelafalan penduduk setempat ketika itu untuk menyebut nama sang Ibukota yang terlampau sulit bagi lidah mereka.

Ketika Jepang datang, nama DjakartaToko Betsushi (secara harfiah berarti : jauhkan perbedaan) kembali digaungkan sebagai pengganti sebutan Batavia, dalam rangka untuk menghapus pengaruh Belanda di tempat tersebut sekaligus sebagai upaya untuk menarik simpati serta dukungan dari penduduk lokal ketika Jepang menghadapi Perang Dunia II.

Barulah pada tanggal 30 Desember 1949, nama Jakarta benar-benar resmi dikukuhkan sebagai pengganti Batavia. Menteri Penerangan saat itu, Arnold Mononutu, seorang tokoh pergerakan dari Minahasa,  mengeluarkan maklumat resmi tentang nama yang akan digunakan Ibukota Republik Indonesia saat itu. Pengumuman tersebut dikeluarkan sesudah berlangsungnya Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Semenjak itulah, lembaran baru kota bernama Jakarta dimulai.

Maka sesudah gelaran sejarah nan panjang tersebut, patutlah bagi kita untuk bertanya, kapan sejatinya Jakarta merayakan milad-nya? Mengapa harus tanggal 22 Juni setiap tahunnya? Apakah memang benar, pada tanggal tersebut, Fatahillah merayakan kemenangan atas Potugis? Adakah bukti historis yang dapat melegitimasi pendapat ini? Hmmm….Menarik untuk diulas bukan?

Wallahu ‘Alam bis Showab

Komentar

  1. Ah, ditunggu ulasan selanjutnya tentang milad kota Jakarta. Ehee..

    BalasHapus
  2. Kompleks kalo bicara sejarah dan asal usul kelahiran jakarta..
    Semoga ada tulisan lain yg bisa menambah wawasanku...
    Ditunggu yaa

    BalasHapus
  3. Menarik banget ka.
    Ilmu yg bermanfaat

    BalasHapus
  4. Waah ahli sejarah niih penulisnya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

A-Ambisi

KEPING PERTAMA : Garis Nadir

KEPING KELIMA : Aroma Hujan

CERBUNG : Mimpi di Ujung Meja Hijau (Bagian 3)