7000 Bahasa, 1 Ayat Qur'an, dan Betapa Kecilnya Kita



Ketika sedang membaca salah satu bagian dari "The World Until Yesterday", sebuah buku karangan Jared Diamond (penulis ternama yang pernah meraih Pulitzer Prize, kerap mengulas isu-isu menarik seputar sains populer), saya menemukan beberapa gagasan yang cukup menarik untuk dituliskan kembali.


Tentang bahasa, sejauh yang kita ketahui, ada sekitar 7000 bahasa yang tercatat masih tetap bertahan di dunia modern hingga hari ini.


Dari 7000 bahasa tersebut, ada 9 "raksasa" bahasa primer yang mencakup pemakaian dari sepertiga populasi dunia. Disebut "raksasa", karena tiap-tiap bahasa tersebut dituturkan oleh minimal 100 juta orang ke atas. Dimulai dari bahasa Mandarin, bahasa utama setidaknya 700 juta orang Tiongkok, diikuti oleh bahasa Spanyol, Inggris, Arab, Hindi, Benggala, Portugis, Rusia, dan Jepang dalam urutan kira-kira seperti itu.


Jika kita melonggarkan definisi bahasa primer hingga 70 bahasa teratas, yang mana merupakan 1% dari keseluruhan jumlah bahasa, maka itu artinya kita telah mewadahi penggunaan berbahasa dari 80% total populasi dunia.


Angka yang luar biasa! Karena itu berarti, 99% bahasa lainnya tersebar hanya di antara 20% sisa penduduk dunia lainnya. 


Mengapa bisa terjadi ketimpangan separah itu?


Well, ada banyak jawaban yang mungkin terjadi, mengingat persebaran serta evolusi tata gramatikal suatu bahasa tentu disebabkan beragam faktor. Mulai dari faktor ekologi, sosio-ekonomi, hingga historis dunia itu sendiri.


Salah satu teori yang menarik minat saya adalah teori faktor lingkungan. Masyarakat yang tinggal di daerah tropis khatulistiwa, cenderung memiliki keaneragaman bahasa yang lebih banyak ketimbang daerah lain yang lebih dekat ke kutub bumi.


Penjelasannya begini. Mereka yang tinggal di sekitar garis ekuator, biasanya didukung kondisi lingkungan yang ideal untuk bertahan hidup tanpa perlu berpindah-pindah permukiman. Sehingga dapat menyokong kebutuhan hidup bermacam jenis peradaban dengan ragam budaya bahasa mereka masing-masing.


Hal yang berbeda kita temukan pada daerah-daerah yang berada di garis lintang lebih tinggi. Perubahan iklim yang lebih sering terjadi (4 musim), ditambah dengan kondisi bentang alam yang belum tentu dapat menyediakan semua jenis kebutuhan, menyebabkan daerah-daerah tersebut menjadi lingkungan dengan produktivitas biologis rendah (menyokong lebih sedikit orang). Untuk bertahan hidup, penutur-penutur bahasa terdahulu akan lebih sering berpindah tempat sehingga menimbulkan keanekaragaman yang lebih sedikit.


Teori di atas setidaknya menjelaskan kepada kita, mengapa Papua dengan luas wilayah hanya 780.000 kilometer persegi, mempunyai sekitar 1000 bahasa asli. Sedangkan ketiga negara terbesar di dunia -Rusia, Kanada, dan Tiongkok, masing-masing dengan wilayah seluas jutaan kilometer persegi- , secara berturut-turut hanya memiliki sekitar 100, 80, dan 300 bahasa asli.


Lalu, sampai disini, hal apa yang ingin kita diskusikan lebih lanjut?


Ini menjadi sangat menarik, ketika kita menghubungkan pembahasan seputar bahasa tersebut ke dalam Surat Ibrahim ayat 4. 


وَمَاۤ أَرۡسَلۡنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوۡمِهِۦ لِیُبَیِّنَ لَهُمۡۖ


"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun, melainkan dengan BAHASA kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka."


Ini pemantik tepat untuk membuka selubung berikutnya dari rasa ketidaktahuan kita.


Berapa banyak bahasa yang terdapat di masa lampau? Dalam rentang kurun ribuan tahun, di zaman ketika Para Rasul dan Nabi 'alaihimussalam masih diutus oleh Allah, apakah jumlah bahasa jauh lebih sedikit dari yang tercatat pada hari ini, atau justru malah lebih banyak?


Perlu penelitian lebih lanjut. 


Bisa jadi lebih banyak, mengingat arus globalisasi yang menyebabkan punahnya sekian banyak bahasa tradisonal dan mendorong masyarakat dunia untuk berkomunikasi dalam beberapa bahasa internasional baru masif terjadi dalam 100-200 tahun ke belakang.


Namun juga boleh jadi lebih sedikit, karena di masa lampau, populasi penduduk dunia belum sepadat seperti pada saat ini, dan adanya bahasa selalu mengikuti perkembangan peradaban yang silih berganti tumbuh dan hilang sepanjang sejarah manusia itu sendiri.


Lalu, juga menarik untuk kita telisik, berapa jumlah Nabi dan Rasul 'alaihimussalam? Apakah ada korelasi dengan total jumlah bahasa dari dahulu hingga kini?


Belum bisa dipastikan. Apalagi, seluruh hadis yang menyebutkan perihal bilangan jumlah Nabi dan Rasul, setelah ditelusuri ternyata merupakan hadist yang lemah lagi meragukan.


Juga menarik untuk diteliti, peta penyebaran dakwah Rasul dan para Nabi, apakah merata ke seluruh dunia, ataukah ada daerah-daerah yang belum diutus kepada risalah langit? Mengingat bahasa bukan sekedar kumpulan kata untuk berkomunikasi semata, namun juga tentunya menyimpan segudang pengetahuan akan budaya, sejarah, dan cerita yang diwariskan turun temurun.


Aha. Masih ada pertanyaan-pertanyaan lain yang ikut menyibak ke permukaan. Namun di atas itu semua, saya kemudian kian tersadar betapa kecilnya kita semua!


Ada begitu banyak hal yang belum kita ketahui. Lebih banyak lagi yang memang ditakdirkan untuk tetap berada di luar jangkauan kita selamanya. Tapi justru di atas jalur ketidaktahuan itulah kita semakin tertantang untuk terus berkembang dan belajar, menggali pengetahuan dan meneliti lebih lanjut perihal tanda-tanda kebesaran Sang Pencipta. Agar pada akhirnya tibalah kita di satu penghujung kesimpulan : untuk tunduk takzim beriman pada-Nya.


Wallahu 'Alam bis Showab


-----------------

Tanjung Barat,
14 Ramadhan 1441 H - 21.20
Kepanjangan Saking Asyik!

Komentar