Perubahan Dimulai dari Perebahan - 2

Photo by James Pond on Unsplash

Tentang rebahan, ada baiknya bila kita turut menyimak kisah berikut.


Suatu hari, datang menemui Khalifah Umar bin Khattab seorang utusan dari Amr bin Al 'Ash, panglima perang wilayah Mesir ketika itu. Utusan tersebut bernama Muawiyah bin Hudaij, bersamanya terbawa kabar gembira tentang keberhasilan pembebasan Kota Iskandar ke tangan kaum muslimin.


Muawiyah tiba di Madinah pada waktu Zuhur. Seorang pelayan wanita datang lalu mempersilahkan dia masuk menemui sang Khalifah. Ternyata Muawiyah mendapati Umar sedang mengambil serban dan membenarkan pakaiannya. Sesudah memperdengarkan kabar yang diamanahkan kepadanya, Umar dan Muawiyah kemudian keluar menuju masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah bersama dengan yang lain.


Singkat cerita, sebakda sholat, Umar menjamu Muawiyah dengan beberapa hidangan roti dan minyak.  Dan di tengah perjamuan tersebut, Umar berkata, "Apa yang kau katakan (dalam hati) ketika kau sampai di masjid tadi, wahai Muawiyah?"


Muawiyah lalu menjawab, "Aku mengira bahwa Amirul Mukminin sedang tidur (pada waktu Zuhur)."


Maka Umar kemudian berkata, "Buruk sekali yang engkau katakan! Jika aku tidur pada waktu siang, berarti aku menyia-nyiakan rakyatku. Jika aku tidur pda malam hari, berarti aku  menyia-nyiakan diriku (pada Rabb-ku). Bagaimana aku tidur dengan dua konsekuensi seperti itu, wahai Muawiyah?"


Tentang rebahan, kita boleh jadi memaklumi bahwa kita bukan sosok sehebat Umar bin Khattab, juga bukan seorang pemimpin negara selayaknya beliau.


Namun jawaban beliau di atas, bila diseksamai lebih jauh, tentu masih menyisakan ruang pembelajaran untuk kita para rakyat jelata.


Rebahan yang terlalu berlebihan pada akhirnya akan membuat kita jatuh pada kelalaian, dan menjauhkan kita dari fungsi utama kita sebagai seorang manusia : (1) khalifatullah fil ardh', pemberdaya di muka bumi; dan (2) 'abdullah , hamba Allah.


Karena setengah hari di waktu siang adalah kesempatan untuk berbagi manfaat, memperbanyak produktifitas dalam rangka menjadi sebaik-baik pengelola sumber daya di atas dunia. Lalu di malam hari, tibalah waktu kesempatan kita untuk menjadi sebaik-baik hamba yang bermunajat dan berkhalwat dengan sang Rabb Pencipta, menunaikan kebutuhan spiritual kita akan petunjuk serta hidayah dari-Nya semata.


Maka, bila itu semua kemudian terlewat begitu saja bersebab rebahan yang terlanjur mendarah daging, bagaimanakah cara kita selanjutnya untuk mengikhtiarkan perubahan yang lebih besar?


Jika ingin menjadi orang hebat, tidurlah hanya 2-4 jam sehari. Demikian teladan orang-orang hebat di sepanjang zaman. Namun jika masih terasa sulit, setidaknya mari kita mulai dari tahapan paling normal: 6-8 jam sehari. Itupun sejatinya kita sudah merugi cukup banyak, mengingat sepertiga dari jatah 24 jam yang diberikan Allah kepada kita diperuntukkan untuk rebahan semata.


Tapi tak mengapa. Selangkah demi selangkah. Yang penting teratur dan dapat kita pertanggungjawabkan manfaatnya di hadapan Allah kelak. Karena sebagaimana yang telah saya katakan dalam bagian sebelumnya, perubahan itu ya dimulai dari pe-rebahan! Mengaturnya agar jangan sampai tubuh terzhalimi, mengaturnya agar juga jangan sampai terlalu berlebihan.


Semangat! Gravitasi kasur di waktu libur, niscaya dapat kita kalahkan dengan manisnya pencapaian sebakda lelahnya perjuangan. Hehe....


-------------------

Jakarta Selatan,
9 Ramadhan 1441 H - 10.47
Untuk Sahabatku koh @devinhalimwijaya

Komentar