KEPING KEDUA PULUH ENAM : Tentang Menaklukkan Dunia


Tentang menaklukkan dunia, kebanyakan dari kita beranggapan, bahwa untuk dapat disebut 'menaklukkan dunia' seseorang harus berdiri di puncak teratas kejayaan, meraih segala-galanya, atau bahkan menjadi sosok terhebat dari siapapun selainnya.


Itu menaklukkan dunia. Untuk sebagian besar orang.  Ya kan?


Tapi menurut saya pribadi, ada satu tingkatan yang lebih tinggi dari sekedar definisi 'menaklukkan' di atas. Yaitu ketika kita bisa 'membuang dunia', seakan itu hanyalah hal kecil yang tak sepatutnya menguras banyak tenaga serta pikiran kita.


Bayangkan, seorang manusia yang telah berhasil berdiri di puncak kemahsyuran dunia, meraih segala kemegahan yang dapat dijanjikan peradaban, lalu tiba-tiba dia pergi dan membuang itu semua. Seakan itu bukan apa-apa. Seakan itu hanyalah sesuatu yang tak patut dipermasalahkan lebih lanjut.


Bukankah itu proses 'menaklukkan' yang lebih luar biasa? Menaklukkan yang lebih dari sekedar menaklukkan? 


Atau mungkin seperti seorang Umar bin Khattab, yang bahkan tanpa perlu tahu bagaimana rasanya gemerlap dunia, sudah terlebih dahulu jauh-jauh berlari membuangnya. Namun apakah yang terjadi?  Justru dunialah yang kemudian mengejar dan menghamba di bawah kekuasaan beliau. Dari Mesir hingga ujung Persia, kekayaan silih berganti masuk ke dalam baitul mal kaum muslimin. Dan dengan itu semua, adakah beliau kemudian berbangga? Tidak, kawan. Sembari menangis beliau malah berujar, "Duli Penguasa Semesta! Jika kekayaan ini suatu kebaikan, mengapa tak kunjung Engkau anugerahkan jua kepada 2 orang pendahuluku (Rasulullah dan Abu Bakar Ash Shiddiq), padahal jelas keduanya adalah 2 orang yang lebih baik dari hamba?"


Ah, lantas dimanakah kita, para penggiat muda dibanding seluruh proses itu semua? Untuk menaklukkan kehidupan dunia ini, adakah kita sekedar berangan menggantungkan impian di lautan awan? Atau hanya bernostalgia mengenang romantisme kebanggaan sejarah yang kini tak tahu kapan akan kembali mencuat ke hadapan? Atau sedang apakah kita kini?


Bismillah. Setahap demi setahap. Untuk menaklukkan dunia. Seutuhnya. 

_______


Just Go. I'm going to see the world.


_______


Ibukota Lama,
14 Rabiul Akhir 1441 H
Ragu yang sempat, lalu yakin yang mencuat



Komentar