Industri & Kepakaran Kita Sebakda Covid-19

Source : Here

Adanya pandemi wabah Covid-19, sedikit banyak menimbulkan tanya bagi kita, akan seperti apakah wajah dunia industri Indonesia sesudah ini nanti?


Bukan apa-apa, dibanding ancaman lainnya, kekhawatiran terbesar saya justru terletak pada potensi berkurangnya lapangan pekerjaan bagi para tenaga buruh di negeri tercinta.


"Lho, bukannya kalau ini sudah selesai, pabrik-pabrik akan kembali beroperasi dan buruh dapat bekerja normal seperti sebelumnya?"


Belum tentu, Ferguso.


Satu hal yang seharusnya kita sadari bersama semenjak merebaknya virus ini : manusia dapat terinfeksi penyakit, sedangkan robot tidak. 


Itu artinya, digitalisasi industri ke depannya akan menjadi sebuah keharusan bagi siapapun yang ingin tetap bertahan di pasar perdagangan. Dunia usaha akan memasuki era dimana kemajuan teknologi akan memegang peranan kunci dalam seluruh proses produksi mereka.


Jangankan itu. Dunia sebelum adanya Covid-19 saja sudah digandrungi segala hal berbau 'online'. Mulai dari belanja, pinjaman hutang, pun sampai pesan makanan. Selain praktis, juga tentu menghemat waktu, bukan?


Hal yang serupa saya takutkan akan terjadi kepada dunia industri kita. Pelaku-pelaku usaha akan sedikit banyak mulai mengganti pekerja mereka dengan kehadiran robot. 


Memang akan membutuhkan biaya besar di awal pengadaan, tapi robot -atau katankanlah mesin- dapat bekerja seharian tanpa perlu istirahat, tidak pernah rewel terhadap isu kenaikan upah, tidak pernah bolos ataupun mengancam mogok kerja, dan tentu tidak akan terinfeksi penyakit-penyakit berbahaya lainnya di masa mendatang.


Industri akan cenderung berjalan lebih stabil. Hitung-hitungan biaya laba-rugi perusahaan juga tentu dapat diprediksi lebih mudah. 


Lalu apakah itu skenario terburuk?


Juga belum tentu. Siapa yang tahu, jika alih teknologi semacam itu ternyata bukan hanya terjadi di dunia industri saja? Bagaimana jika -sekali lagi ada kata 'jika' disitu-, juga kemudian ikut diterapkan dalam dunia kedokteran, pendidikan, pramusaji restoran, juru parkir, atau bahkan guru mengaji, mungkin?


Aha. Itu gagasan yang sangat liar. Tapi tidak menutup kemungkinan. Adanya kemajuan teknologi di masa mendatang, tentu akan membawa perubahan fundamental dalam garis kehidupan manusia itu sendiri. Itu suatu kenyataan yang tidak dapat kita tolak.


Maka pertanyaannya kini, siapkah kita?


Daripada mengutuk dan mengomentari kondisi yang terjadi, alangkah baiknya bila kita mulai menyiapkan diri kita sendiri. Jangan sampai, kemajuan teknologi dan percepatan arus informasi membuat kita terbuai dengan segala hal berbau praktis sehingga enggan untuk berproses. Jangan, boi! Karena dengan begitu malah akan mengantarkan kita pada bab masalah baru : matinya kepakaran!


Ayo, siapkan segala skill yang kita butuhkan untuk bertahan hidup di hari-hari mendatang. Dunia akan menjadi semakin dinamis. Persaingan akan semakin keras. Maka fokus pada apa yang menjadi value bagi diri kita masing-masing, kembangkan, dan terus asah hingga mencapai titik terbaik sebagai seorang profesional.


Dan sesudah itu, mari berikan manfaat terbaik bagi mereka yang berada di sekitar kita, untuk negeri dan bangsa tercinta. Memberdayakan orang-orang yang ikut terkena dampak di atas, namun kemudian tak seberuntung kita, sehingga tersisih dari pekerjaan lamanya. Kita hadirkan kesempatan baru bagi mereka, karena bagaimanapun, hari ini kita pernah berada dalam satu golongan yang sama dengan mereka, sebagai seorang rakyat jelata.


Dengan itulah kita membuktikan diri sebagai sosok sebaik-baik manusia. Pembelajar kehidupan yang bukan semata memuaskan ego kepentingan pribadi, namun juga untuk memajukan perihal arti kemanusiaan itu sendiri.


Dan dengan itulah kita sekali lagi bangkit dari keterpurukan musibah Covid-19 yang melanda masyarakat kita pada hari ini, bersiap menghadapi apapun tantangan yang dihadirkan dunia, untuk maju membersamai ragam perubahan yang niscaya tetap akan terjadi.


Karena mengubah ancaman menjadi peluang, memang itu yang menjadi kekuatan manusia, bukan? 


----------


Ibukota Lama,
10 Ramadhan 1441 H - 21.13
Menjadi Berbeda

Komentar