TADABBUR SIROH : Tentang Berbuka



Suatu ketika Ibunda Kaum Muslimin, Aisyah radhiyallahu 'anha menceritakan kepada Urwah, anak dari saudara perempuannya, Asma' binti Abu Bakr. "Sesungguhnya kami melihat hilal, hilal dan hilal sebanyak tiga kali dalam dua bulan, dan selama itu pula di rumah-rumah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak ada satupun tungku api yang menyala.."


Lalu Urwah bertanya, "Wahai bibi, apa yang dapat menjadikan kalian bertahan hidup?"


Aisyah radhiyallahu 'anha menjawab, "Dua hal, yaitu kurma dan air. Selain itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam mempunyai tetangga dari kalangan Anshor, yang mereka memiliki anak unta untuk diambil air susunya. Mereka mengirimkan kepada Rasulullah susu tersebut, maka kami semua meminumnya.."


Duhai, kawan. Petang jelang berbuka ini, kita jadi teringat dengan kisah di atas. Bahwa terkadang, momentum berbuka kita jadikan sebagai alasan untuk mengiyakan seluruh tuntutan selera kita. Memborong begitu banyak makanan, membeli begitu banyak minuman. Padahal sering kemudian terjadi, bila hidangan-hidangan tersebut nantinya justru tersisih lalu terbuang akibat terlampau kenyang. Menyisakan mubadzir, menyia-nyiakan anugerah nikmat Allah.


Duhai, kawan. Secukupnya, saja. Agar kita bisa belajar dari kesederhaan rumah tangga sang Rasul, seraya mengharap penuh citakan setangkup keberkahan langit untuk yang sedikit itu. Juga agar dari ibadah puasa yang kita jalani, kita sempurna turut belajar arti syukur lewat ifthar yang dinanti penuh nanti, bersama kumadang sang adzan maghrib.


Selamat berbuka!


o-●-o-●-o-●-o-●


In Frame : Dokumentasi Reuni MTs Januari silam. Semua kredit untuk pemotret momen ini!


o-●-o-●-o-●-o-●

Jakarta,
12 Mei 2019

Komentar